Litosfer, Lapisan Batuan



Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos (λίθος) yang berarti berbatu, dan sphere (σφαῖρα) yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sedangkan astenosfer berubah seperti cairan kental.
Litosfer terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer.
Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
Terdapat dua tipe litosfer
Litosfer samudra, yang berhubungan dengan kerak samudra dan berada di dasar samdura dan litosfer benua, yang berhubungan dengan kerak benua
Litosfer samudra memiliki ketebalan 50-100 km, sementara litosfer benua memiliki kedalaman 40-200 km. Kerak benua dibedakan dengan lapisan mantel atas karena keberadaan lapisan Mohorovicic

Material Pembentuk Litosfer
Litosfer tersusun atas tiga macam material utama dengan bahan dasar pembentukannya adalah Magma dengan berbagai proses yang berbeda-beda. Berikut merupakan material batuan penyusun litosfer,

þ  Batuan Beku (Igneous Rock)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi padat, dengan sekitar 80% material batuan yang menyusun batuan kerak Bumi adalah batuan beku. Berdasarkan tempat terbentuknya magma beku. batuan beku dibagi menjadi tiga macam,
-            Batuan Beku Dalam (Plutonik/Abisik)
Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih berada jauh di dalam kulit Bumi. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diorit, dan gabbro.
-            Batuan Beku Gang/Korok (hypabisal)
Batuan beku korok terjadi dari magma yang membeku di lorong antara dapur magma dan permukaan Bumi. Magma yang meresap di antara lapisan-lapisan litosfer mengalami proses pembekuan yang berlangsung lebih cepat, sehingga kristal mineral yang terbentuk tidak semua besar. Campuran kristal mineral yang besarnya tidak sama merupakan ciri batuan beku korok.
-            Batuan Beku Luar (vulkanik)
Batuan beku luar terjadi dari magma yang keluar dari dapur magma membeku di permukaan Bumi (seperti magma hasil letusan gunung berapi). Contoh batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit, obsidin, scoria, batuan apung (pumice).
þ  Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan Sedimen merupakan batuan mineral yang telah terbentuk dipermukaan Bumi yang mengalami pelapukan. Bagian - bagian yang lepas dari hasil pelapukan tersebut terlepas dan ditansportasikan oleh aliran air, angin, maupun oleh gletser yang kemudian terendapkan atau tersedimentasi dan terjadilah proses diagenesis yang menyebabkan endapan tersebut mengeras dan menjadi bantuan sedimen. Batuan Sedimen berdasar proses pembentukannya terdiri atas,
ü Batuan Sedimen Klastik
ü Batuan Sedimen Kimiawi
ü Batuan Sedimen Organik
Berdasar tenaga yang mengangkutnya Batuan Sedimen terdiri atas,
ü Batuan Sedimen Aeris atau Aeolis
ü Batuan Sedimen Glasial
ü Batuan Sedimen Aquatis
ü Batuan Sedimen Marine
þ  Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan Malihan terbentuk karena terjadinya penambahan suhu atau penambahan tekanan yang tinggi dan terjadi secara bersamaan pada batuan sedimen.

Struktur Lapisan Kerak Bumi
Di dalam litosfer terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang terdapat dalam batuan. Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa (SiO2), Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-Al-Silikat), Biotit atau Mika Cokelat (K-Fe-Al-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit (CaCO3), Dolomit (CaMgCOT3), Olivin (Mg, Fe), Bijih Besi Hematit (Fe2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit (Fe3OH2O). Selain itu, litosfer juga terdiri atas dua bagian, yaitu lapisan Sial dan lapisan Sima. Lapisan Sial yaitu lapisan kulit Bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan metamorf, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan Sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit Bumi yang tersusun oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Batuan pembentuk kulit Bumi selalu mengalami siklus atau daur, yaitu batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan malihan, dan kembali lagi menjadi magma.


Pengertian Pedosfer dan Struktur Tanah

Pengertian Pedosfer
Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer dapat diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer (lapisan terluar dari kulit bumi yang disebut sebagai pembungkus bumi). Tanah adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.

Faktor Faktor Pembentuk Tanah
       1.           Iklim dan Faktor-faktor iklim, yang diantaranya adalah cuaca dan curah hujan.
       2.           Organisme (Vegetasi, jasad Renik), organisme sangat berpengaru terhadap proses pembentukan tanah seperti:
a.         Membuat proses pelapukan
b.         Membantu proses pembentukan humus
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah, hal ini terlihat pada daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika memiliki kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman yang berpengaruh pada sifat-sifat tanah.
       3.           Batuan vulkanik, Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan juga Batuan Metamorf. Semua batuan tersebut bisa disebut dengan bahan induk.
       4.           Relief keadaan (topografi), Keadaan Relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.
       5.           Waktu, tanah merupakan benda alan yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.

Konsep Pedon Dan Profil Tanah
Pedon

Pedon Tanah

Pedon merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunya ukuran tiga dimensi. Luas Pedon berkisar antara 1-10 m persegi. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon. Luas Polipedon minimum 2 m persegi, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas.

Profil Tanah
Profil Tanah

Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut (Horizon Tanah). Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Brf Rock).

Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.
-     Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
-     Prisma (Prosmatic), ditemukan di Horizon B pada daerah iklim kering.
-     Tiang (Columnar) ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
-     Gumpal Bersudut (Angular Blocky) ditemukan pada horizon B di daerah iklim basah.
-     Gumpal Membulat (Sub Angular Blocky) ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
-     Granuler (Granular) ditemukan pada horizon A.
-     Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.

Tekstur Tanah

Tekstur Tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir padir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah.


Sel Makhluk Hidup

Sel Prokariotik
Sel Tumbuhan
Sel Hewan


Dinding Sel
ü Berupa sel mati, dan merupakan hasil sekresi badan golgi
ü Hanya terdapat pada tumbuhan dan sel prokariotik
ü Pada tumbuhan, tersusun atas selulosa, hemiselulosa, pectin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari kalsium dan magnesium
ü Pada prokariotik, tersusun atas karbohidrat dan lemak atau protein
ü Berfungsi untuk:
Ø Memberi bentuk pada sel
Ø Melindungi organela sel bagian dalam
Ø Mengatur transportasi zat
Ø Menyokong tumbuhan tidak berkayu

Membran Sel
ü Tersusun atas lemak, protein, dan karbohidrat (fosfolipid dan lipoprotein)
ü Berfungsi untuk:
Ø Melindungi agar bagian dalam sel tidak keluar
Ø Reseptor sel
Ø Mengatur pertukaran zat
Ø Sebagai membran selektif permeabel yang mengatur transport sel

Struktur Membran Semipermeabel

Sitoplasma
ü Cairan dalam sel
ü Berfungsi sebagai tempat terjadinya metabolisme sel

Vakuola
ü Rongga atau ruang pada sel yang berisi garam organik, glikosida, tannin, minyak eteris, alkanoid, enzim, dan butir pati
ü Berfungsi sebagai:
Ø Pengatur tekanan turgor pada tumbuhan
Ø Tempat menyimpan cadangan makanan, minyak astiri, pigmen, dan sisa metabolisme

Nukleus
ü Hanya dimiliki oleh sel eukariot, pada prokariot hanya berupa inti yang berisi butiran kromatin dan tidak memiliki membran
ü Dilapisi membran untuk sel eukariotik
ü Nukleus:
Ø Nucleolus, mensintesis mRNA untuk perakitan protein pada ribosom
Ø Nukleoplasma, merupakan cairan inti yang tersusun atas protein
Ø Butiran kromatin, mengandung DNA untuk menyampaikan informasi genetic melalui sintesis protein
 
Struktur Nukleus
Mitokondria
ü Memiliki dua lapis membran
ü Berukuran 0,2-5 mikron
ü Lapisan dalam berlekuk membentuk Krista
ü Mengandung enzim yang mengoksidasi makanan dan mensintesis ATP
ü Berfungsi sebagai tempat respirasi sel
 
Struktur Mitokondria
Ribosom
ü Ada yang bebas pada sitoplasma, ada juga yang melekat pada reticulum endoplasma
ü Berfungsi dalam sintesis protein
 
Ribosom
Lisosom
ü Dibatasi oleh membran tunggal
ü Memiliki enzim hidrolitik untuk pencernaan polisakarida, lipid, asam nukleat, dan protein
ü Berfungsi untuk:
Ø Mencerna makromolekul intraseluler
Ø Menghasilkan dan menyimpan enzim pencernaan sel
Ø Mencerna materi yang diambil secara endositosis
Ø Menghancurkan organel sel yang tidak berfungsi
 
Struktur Lisosom
Badan Golgi
ü Berbentuk seperti setumpuk saku pipih berkelok yang dibatasi oleh membran
ü Dihasilkan oleh reticulum endoplasma halus
ü Berfungsi untuk:
Ø Memodifikasi protein dengan penambahan oligosakarida
Ø Membentuk lisosom
Ø Membentuk dinding sel dan akrosom spermatozoa
Ø Sekresi pada mukosa
 
Golgi Apparatus/Badan Golgi/Diktiosom
Retikulum Endoplasma
ü Berupa tabung pipih berpasangan, terdiri atas:
Ø Reticulum endoplasma kasar, yang berfungsi dalam proses sintesis protein, menyalurkan bahan genetic antara inti sel dengan sitoplasma, dan sebagai melekatnya ribosom
Ø Reticulum endoplasma halus, yang berperan dalam dintesis lipid, glikogen, dan persenyawaan steroid


Retikulum Endoplasma Kasar
Retikulum Endoplasma Halus

Sentriol
ü Terdapat di permukaan luar nukleus
ü Berupa sebaris silinder dengan 9 mikrotubuli
ü Duplikasi untuk membentuk basal, silia, dan flagella
ü Berbentuk bintang
ü Berfungsi dalam:
Ø Pembelahan sel
Ø Sintesis mikrotubul silia dan flagella
Ø Menghasilkan gelendong pada hewan
Ø Sebagai badan kutub pada mitosis dan meiosis
 
Struktur Sentriol
Plastida
ü Memiliki membran rangkap
ü Terdefisiensi menjadi:
Ø Leukoplas, yang tidak berwarna dan berfungsi sebagai gudang penyimpanan cadangan makanan
§  Amiloplas, berisi amilum
§  Proteinoplas, berisi protein
§  Elailoplas, berisi minyak dan lemak
Ø Kloroplas, yang berwarna hijau, mengandung klorofil dan pigmen karotenoid, serta berperan dalam proses fotosintesis
Ø Kromoplas, berwarna merah atau kuning, mengandung karoten dan xantofil, tidak berperan dalam proses fotosintesis
 
Diferensiasi Plastida
Kloroplas

Kromoplas

Badan Mikro:
Peroksisom (hewan)
ü Mengandung enzim katalase yang mengkatalisir hidrogen peroksida yang berbahaya pada proses metabolisme
ü Berfungsi untuk:
Ø Mengubah karbohidrat menjadi lemak
Ø Menghasilkan enzim oksidatif untuk merombak lemak
Ø Menghasilkan enzim katalase untuk memecah hidrogen peroksida menjadi molekul air dan oksigen
 
Peroksisom
Glioksisom (tumbuhan)
ü Memiliki diameter 0,5-1 mikron
ü Banyak ditemukan di tumbuhan biji-bijian
ü Berfungsi untuk:
Ø Mengontrol dan mengkatalis dekomposisi senyawa secara bertahap; khusus penyimpanan lemak
Ø Menyalurkan produk sintesis senyawa hidrokarbon atau karbohidrat
Ø Tempat metabolisme asam lemak
Ø Tempat terjadinya siklus glioksilat
 
Glioksisom
Sitoskeleton:
Mikrotubulus (tumbuhan)
ü Berbentuk benang silindris dan kaku
ü Berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel, membentuk protein tubulin, serta menyusun spindle, sentriol, silia dan flagella
 
Mikrotubulus
Mikrofilamen (hewan)
ü Berbentuk serat tipis yang panjang dengan penampang 5-6 mikron
ü Terdiri dari aktin dan myosin

ü Berperan dalam pergerakan sel saat pembelahan, sitoplasma, dan kontraksi otot

Mikrofilamen

Cacing pipih, Platyhelminthes

Platyhelminthes adalah cacing berbentuk pipih, triploblastik, dan aselomata.


Cara Hidup dan Habitat
Platyhelminthes hidup bebas di air laut, air tawar, atau tempat yang lembap dengan cara memakan sisa organisme dan tumbuhan atau hewan kecil. Ada cacing yang hidup sebagai endoparasit atau parasitdi dalam tubuh inang. Namun ada pula yang hidup sebagai ektoparasit dengan memakan lendir dan sel-sel di permukaan tubuh inang.

Ukuran dan Bentuk Tubuh
Ukuran tubuh Platyhelminthes bervariasi, mulai kurang dari 1 mm hingga lebih dari 20 m. Bentuk tubuh Platyhelminthes pipih dorsoventral, simetri bilateral, beruas atau tidak beruas. Platyhelminthes merupakan hewan yang paling primitive di antara hewan bilateral lainnya.

Struktur Tubuh Platyhelminthes

Struktur dan Fungsi Tubuh
Tubuh Platyhelminthes terdiri atas tiga lapisan embrionik. Tubuhnya aselomata atau tidak memiliki rongga tubuh. Ada Platyhelminthes yang sudah memiliki sistem pencernaan maknaan, terutama yang hidup bebas. Platyhelminthes tidak memiliki sistem pernapasan dan sistem peredaran darah, sehingga pertukaran dan transportasi zat terjadi secara difusi. Sistem saraf Platyhelminthes berupa beberapa pasang benang saraf. Alat ekskresi masih sangat sederhana, yaitu berupa saluran bercabang yang berakhir pada flame cell atau sel api. Alat indera berupa bintik mata untuk mendeteksi adanya sinar dan sel kemoreseptor.

Struktur Tubuh Platyhelminthes

Cara Reproduksi
Platyhelminthes bereproduksi secara seksual, aseksual, atau keduanya. Pada umumnya Platyhelminthes bersifat hermafrodit karena memiliki testis dan ovarium. Reproduksi aseksual Platyhelminthes dilakukan dengan cara fragmentasi.

Klasifikasi
Turballaria
     Hampir semuanya hidup bebas di alam. Sebagian besar hidup di dasar laut, pasir, lumpur, atau di bawah batu karang. Ada pula yang hidup bersimbiosis dengan ganggang, serta bersimbiosis komensalisme di rongga mantel Mollusca dan di insang Crusticeae. Beberapa jenis Turbellaria hidup parasit di usus Mollusca dan di rongga tubuh Echinodermata.
     Bentuk tubuh Turbellaria pada umumnya lonjong hingga panjang, pipih dorsoventral, dan tidak beruas. Ukuran tubuh antara 0.5 mm-60 cm, namun sebagian besar berukuran sekitar 1 cm. Sisi-sisi kepala melebar membentuk tentakel yang disebut aurikel. Pada bagian ventral, terdapat silia untuk merayap. Tubuhnya ditutupi epidermis yang berlendir. Lendir ini berfungsi untuk melekat dan membalut mangsanya. Turbellaria memiliki rhabdite pada lapisan epidermisnya, berupa struktur seperti batang yang dihasilkan saat sekresi mukus dan berfungsi untuk pertahanan diri.
     Turbellaria memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut, faring, dan rongga gastrovaskuler yang disebut enteron atau usus. Dinding ususnya hanya terdiri atas satu lapisan sel fagosit dan sel kelenjar. Dinding ususnya mengalami pelebaran lateral guna memperluas penyerapak sari makanan. Turbellaria tidak memiliki anus.
     Sistem sarafnya bervariasi, ada yang berbentuk jala saraf, ada pula yang berbentuk benang saraf. Turbellaria memiliki sepasang atau lebih bintik mata. Pada umumnya Turbellaria menunjukkan gerak fototaksis nehatif. Turbellaria juga memiliki indera peraba berupa sel kemoreseptor.
     Alat ekskresi berupa protonefridia, berbentuk saluran bercabang yang berakhir pada flame bulb atau flame cell. Sel api berbentuk seperti bola lampu yang di dalamnya terdapat beberapa silia. Sisa metabolisme berupa ammonia yang dikeluarkan secara difusi melalui permukaan tubuh.
     Turbellaria bereproduksi secara aseksual, seksual, atau keduanya. Pada umumnya hermafrodit, tapi ada pula yang tidak hermafrodit. Reproduksi seksualnya secara mutual, yaitu dua individu saling bertukar sperma untuk membuahi ovum pada individu pasangannya. Reproduksi aseksualnya secara pertunasan atau membelah diri.
Terdapat sekitar 3.000 spesies Turbellaria, antara lain Symsagittifera roscoffensis, Mesostoma, Dugesia, Bipalium, dan Leptoplana.

Turbellaria

Monogenea
Monogenea hidup ektoparasit pada ikan, amfibi, dan reptile. Cacing ini memakan lendir dan sel permukaan tubuh inang. Cacing dewasa berukuran 0,2-0,5 mm. Pada umumnya, monogenea bersifat hermafrodit dan mengalami pembuahan sendiri. Cacing ini memiliki alat penempek pada bagian anterior yang disebut prohaptor dan opistator di bagian posterior. Opistator dilengkapi dengan duri, kait, jangkar, atau alaat pengisap, dan biasanya  lebih sering digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Misalnya Gyrodactylus salaris.

Monogenea

Struktur Tubuh Monogenea

Trematoda
Disebut juga cacng isap atau flukes. Tubuhnya berbentuk lonjong hingga panjang yang dilapisi kutikula. Cacing dewasa berukuran 0,2 mm-6 cm. Trematoda hidup endoparasit pada ikan, amfibi, reptil, burung, mamalia, juga manusia. Namun ada pula yang ektoparasit. Pada daur hidupnya, Trematoda memiliki inang utama sebagai tempat hidup saat dewasa dan inang perantara sebagai tempat hidup larvanya. Trematoda memiliki satu atau dua alat pengisap untuk menempel pada tubuh inang. Contohnya cacing hati pada hewan ternak herbivora (Fasciola hepatica), cacing hati pada manusia (Clonorchis sinensis), dan blood flukes (Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni).

Struktur Tubuh Trematoda

Trematoda

Siklus Hidup Fasciola hepatica

Cestoda
Cestoda atau cacing pita hidup parasit di usus vertebrata. Tubuh cacing pita ditutupi oleh kutikula, tidak memiliki mulut dan alat pencernaan, serta tidak memiliki alat indera. Tubuh cacing dewasa terdiri atas kepala (skoleks), leher pendek (strobilus), dan proglotid. Skoleks dilengkapi alat pengisap atau sucker dan alat kait atau rostellum untuk melekat pada organ tubuh inang. Lehernya merupakan daerah pertunasan, dengan cara strobilasi menghasilkan strobilus berupa serangkaian proglotid dengan jumlah mencapai 1.000 buah. Proglotid yang terdekat dengan leher adalah proglotid termuda. Setiap proglotid memiliki alat kelamin jantan maupun betina. Pembuahan dapat terjadi dalam satu proglotid maupun antarproglotid dari individu yang sama maupun berbeda. Telur yang sudah dibuahi akan memenuhi uterus yang bercabang-cabang, sedangkan organ lainnya berdegenerasi. Proglotid yang mengandung telur akan terlepas bersama tinja. Daur hidup cacing pita membutuhkan satu atau dua inang perantara.

Struktur Tubuh Cestoda

Peranan
-          Gyrodactus salaris (Salmon fluke), kelas Monogenea, menyerang ikan di kolam pembenihan.
-  Schistosoma mansoni (blood flukes), menyebabkan skistosomiasis, yang menyebabkan terjadinya pendarahan saat mengeluarkan feses, kerusakan hati, gangguan jantung dan limpa, serta gangguan ginjal. Penyakit ini disebut juga demam keong karena perantaranya merupakan keong Oncomelania hupensis lindoensis.

-     Taenia saginata, Taenia solium, dan Dibothriocephalus,kelas Cestoda hidup parasit di usus manusia.

Total Pageviews

Praditya. Powered by Blogger.

Translate

Search