Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi dunia di bidang
jejaring sosial dan lain-lain, maka tidak menutup kemungkinan bagi para remaja
untuk bergaul secara bebas baik di dunia maya maupun nyata. Sehingga dapat
menimbulkan berbagai macam dampak dari pergaulan bebas tersebut yang tentunya
sangat merugikan.
Lingkungan dan perilaku yang sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang. Upaya meningkatkan
derajat kesehatan dapat dilaksanakan dengan upaya perbaikan
lingkungan, mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat, dan meningkatkan layanan kesehatan.
Siswa
atau pelajar
di masa sekarang adalah generasi yang akan datang dan
merupakan
penerus dan aset suatu bangsa, maka pendidikan
kesehatan perlu diupayakan sejak usia dini pada golongan usia siswa ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
UKS itu?
2. Apa
sajakah 8 gol UKS itu?
3. Bagaimanakah
upaya mewujudkan 8 gol UKS?
4. Bagaimanakah
peran warga sekitar dalam upaya pewujudan 8 gol UKS?
C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai
tugas pada kelas IX untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Menambah
koleksi karya tulis di perpustakaan SMPN 4 Kota Mojokerto.
3. Masukan
bagi instansi terkait dengan hal yang dikupas dalam karya tulis.
4. Menambah
wawasan para pembaca dan penulis.
5. Melatih
kreativitas penulis dalam pembuatan karya tulis yang bermutu.
D. Metode Penulisan
Metode
penulisan karya tulis ini adalah studi pustaka dan pengamatan.
E. Sistematika
Bab 1 Pendahuluan : A. Latar belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan penulisan
D.
Metode penulisan
E.
Sistematika
Bab
2 Isi
Bab
3 Penutup : A. Kesimpulan
B.
Saran
Bab 2
Isi
1.
Pengertian UKS
UKS
merupakan kepanjangan dari Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu wadah yang
mengurus berbagai hal terkait dengan kesehatan
masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua pegawai di sekolah. UKS juga
merupakan wadah /sarana yang digunakan oleh programprogram kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan .
Tujuan dari kegiatan UKS adalah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan sehat
sehingga murid dapat belajar, tumbuh dan berkembang sebagai sumber daya manusia
yang berkualitas
Fungsi UKS yang sangat penting adalah memupuk,
membudayakan kebiasaan hidup bersih dan sehat pada anak sekolah agar memiliki
pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan hidup sehat dan lebih lanjut
agar berperan serta dalam peningkatan kesehatan baik di
sekolah, rumah tangga maupun lingkungan.
2.
Pengertian 8 Gol UKS
Yang
dimaksud dengan 8 gol UKS adalah “Generasi muda terbebas dari anemia,
kecacingan, kenakalan remaja, kehamilan pra nikah, HIV/AIDS, narkoba, rokok, hepatitis
B.”
2.1. Anemia
Anemia
(dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya
kekurangan darah, dari ἀν- an-, “tidak ada” + αἷμα haima, “darah”) adalah
keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen)
dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru,
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
anemia
adalah penyakit darah yang sering ditemukan. beberapa anemia memiliki penyakit
dasarnya. anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi
sel darah merah, etiologi
yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang
paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah
secara berlebihan hemolisis
atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis
yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila
konsentrasi hemoglobinnya
kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit
(Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL
atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
2.1.1.
Tanda dan Gejala Anemia
Bila
anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang
sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa:
·
Asimtomatik, terutama bila anemia
terjadi dalam waktu yang lama
·
Letargi
·
Nafas pendek atau sesak,
terutama saat beraktfitas
·
Kepala terasa ringan
Sedangkan,
tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu:
·
Pucat pada membrane mukosa,
yaitu mulut, konjungtiva,
kuku.
·
Sirkulasi hiperdinamik,
seperti takikardi, pulse yang menghilang,
aliran murmur sistolik
Tanda-tanda
spesifik pada pasien anemia diantaranya :
·
Glossitis, terjadi
pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi
·
Stomatitis
angular, terjadi pada pasien anemia
defisiensi besi.
·
Splenomegali :
akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
·
Ulserasi di kaki, terjadi pada anemia sickle cell
·
Deformitas tulang, terjadi pada talasemia
·
Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal,
merupakan efek dari defisiensi vitamin B12.
·
Garing biru pada gusi (Burton’s line), ensefalopati,
dan neuropati motorik perifer sering terlihat pada pasien yang keracunan metal.
2.1.2.
Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Anemia
akibat Gangguan Eritropoieses
·
Anemia defisiensi Besi
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan
defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
·
Anemia Megaloblastik
Defisiensi folat atau vitamin B12
mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi
DNA, efek yang timbul adalah pembesaran
prekursor sel darah (megaloblas)
di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
·
Anemia Aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah
akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun,
radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta
gen.
·
Anemia Mieloptisik
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum
tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma,
yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.
Klasifikasi anemia
berdasarkan ukuran sel
·
Anemia mikrositik, penyebab utamanya yaitu
defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb)
·
Anemia normositik, contohnya yaitu anemia
akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.
·
Anemia makrositik, penyebab utamanya yaitu anemia pernisiosa,
anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
2.1.3.
Etiologi
Secara
garis besar, anemia dapat disebabkan karena:
·
Peningkatan destruksi
eritrosit, contohnya pada penyakit : gangguan sistem imun, talasemia.
·
Penurunan produksi
eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan nutrisi.
·
Kehilangan darah dalam
jumlah besar, contohya akibat perdarahan akut, perdarahan kronis, menstruasi,
ulser kronis dan trauma.
2.1.4.
Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan
adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit)
dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan
tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
2.1.5.
Manajemen Terapi
Terapi
langsung ditujukan pada penyebab anemia, dapat berupa:
·
Pemberian kortikosteroid
atau obat-obatan lain yang dapat menekan sistem imun.
·
Pemberian eritropoietin,
hormon yang berperan pada proses hematopoiesis, berfungsi untuk membantuk
sumsum tulang pada proses hematopoiesis.
·
Pemberian suplemen besi,
vitamin B12, vitamin-vitamin dan mineral
lain yang dibutuhkan.
2.2. Kecacingan
Kecacingan masih merupakan masalah yang sering
mengganggu kesehatan anak-anak.Sanitasi yang buruk dan kurangnya kesadaran pola
hidup bersih adalah dua faktor penyebab utama tingginya
prevalensi cacingan.
Ada berbagai jenis infeksi cacing. Berikut
ini jenis cacing yang biasa menginfeksi manusia, seperti yang dilansir BBC. .
·
Cacing
kremi (Threadworms)
Ini adalah cacing parasit yang paling
umum.Mereka kecil (panjangnya sekira 1 cm), pucat, cacing tipis yang terlihat
seperti benang kapas dan berkembang di usus.
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing kremi melekat pada dinding usus dan makan.
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing kremi melekat pada dinding usus dan makan.
Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah
dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah Anda mungkin
curiga terkena cacingan karena merasakan gatal-gatal di sekitar anus (pruritus)
yang biasanya lebih intens di malam hari.
Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari
menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di anus. Cacing kremi dewasa
berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang.
· Cacing gelang (Asnematodes)
Cacing ini bentuknya lebih besar dari cacing
kremi. Beberapa di antaranya terlihat lebih seperti cacing taman dan juga hidup
di usus. Mereka kurang umum daripada threadworms.
· Cacing pita (Cestode)
Cacing ini biasanya terdapat pada daging
matang (sapi, babi, ikan) atau air yang terkontaminasi.Cacing pita adalah
raksasa di antara semua cacing parasit. Panjangnya
bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa.
Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa
mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Ia bahkan bisa hidup sampai 25
tahun di dalam usus inangnya.
2.2.1.
Solusi
Kebersihan yang buruk, khususnya tidak
mencuci tangan setelah menggunakan toilet, adalah faktor utama dalam penyebaran
infeksi.
Paparan kotoran kucing dan anjing dapat
menyebabkan infeksi cacing. Wanita
hamil dan anak-anak harus menghindari nampan sampah dan selalu mencuci tangan
setelah kontak dengan hewan peliharaan.
Cacing kremi dapat didiagnosis dengan melihat
cacing di dalam atau pada feses, atau dengan mengumpulkan sampel telur mereka
dengan menekan strip kecil selotip pada kulit sekitar anus anak segera setelah
mereka bangun di pagi hari.
Anti-parasit obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi cacing kremi, dan dosis tunggal mungkin semua yang
diperlukan. Semua keluarga harus diobati pada saat yang sama.
2.3. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan
oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
di sekitarnya.
|
Para
ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia
tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.
2.3.1.
Definisi Kenakalan
Remaja Menurut Para Ahli
· Kartono,
ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang”.
· Santrock
“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.”
2.3.2.
Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
· Seks bebas
· Tawuran antara pelajar
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar
(eksternal).
Faktor
internal:
·
Krisis identitas, perubahan biologis dan sosiologis pada diri
remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
·
Kontrol diri yang lemah, remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor
eksternal:
·
Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga,
atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak,
tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak,
bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
·
Teman sebaya yang kurang baik
·
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
2.3.4.
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
·
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa
dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya
dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal
pada tahap ini.
·
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
pertama.
·
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
·
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
·
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
2.4. Kehamilan Pra Nikah
Kehamilan pra nikah saat ini sudah sangat
mengkhawatirkan. Kehamilan merupakan perubahan keadaan yang relatif baru,
khususnya bagi wanita yang baru pertama kali mengalaminya. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi
gerakan maupun aktivitas wanita tersebut sehari-hari. Disamping itu sebagai
calon ibu, dalam hal ini ibu dari anak-anak yang akan dilahirkanya, membawa
perubahan peran yang harus di jalankanya. (Brice Pitt ,1963)
Kehamilan pra nikah biasanya terkadang tidak
diinginkan oleh seorang
wanita. Pada waktu hamil, menurut
Dianawati (2002),
wanita dihadapkan pada beberapa keadaan yang mungkin dapat terjadi sehubungan
dengan kehamilan itu, seperti perkembangan dan keselamatan janin dalam
kandunganya sampai tiba waktunya untuk dilahirkan juga kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi ketika melahirkan, baik bagi dirinya maupun bagi bayinya.
wanita dihadapkan pada kemungkinan bayinya dilahirkan dengan membawa
kelainan-kelainan (cacat bawaan). Pada kehamilan juga terjadi perubahan
hormonal yang menimbulkan rasa cemas, iritasi, mual, pusing, letih, dan
sebagainya yang mempengaruhi suasana emosi serta penyesuaian diri pada wanita
itu, terutama dalam bulan-bulan pertama dari kehamilan, keadaan ini merupakan
hal yang normal dan dialami oleh banyak orang. Keadaan menjadi lebih serius
jika disertai perasaan atau sikap negatif terhadap kehamilan, sehingga
kecemasan berkepanjangan. Konflik laten yang dalam keadaan biasa (tidak hamil)
dapat diatasi, pada masa ini dapat menjadi akut.
2.4.1. Penyebab Kehamilan Pra Nikah
yang Dialami oleh Para Remaja
·
Penyebab utama terjadinya
kehamilan adalah misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.
·
Mengabaikan bahwa tingkah
laku seksual akan menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasanganyalah yang
menggunakan kontrasepsi walaupun kenyataan tidak tidak demikian. Banyak remaja
yang enggan menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan bahwa mereka tidak
mungkin hamil atau kemungkinan hamil sangat kecil (Papalia & Old, 1995).
Selain itu banyak yang berfikir bahwa menggunakan kontrasepsi adalah tindakan yang
tidak bermoral, seolah-olah mereka merencanakan akan melakukan hubungan
seksual. Alasan lain tidak digunakanya kontrasepsi adalah kekhawatiran bahwa
kenikmatan dan spontanitas dalam hubungan seks akan berkurang atau timbul
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
·
Bagi beberapa gadis, mereka
tidak memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak. Bagi mereka kehamilan
membuktikan feminitas, menunjukkan
status kedewasaan dan merupakan alat untuk mendapat perhatiaan orang tua dan
teman. Bahkan ada yang menggunakan kehamilan sebagai cara untuk mengatasi
masalah, untuk menghukum, atau justru merupakan penghargaan
bagi orang lain.
·
Menyalahartikan atau
kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual.
Remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan
pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika
telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan
saran untuk berkomunikasi dengan pasangan.
2.4.2. Dampak
Kehamilan Remaja
Pengguguran Kandungan.
Faktor yang mendukung terjadinya
pengguguran kandungan adalah:
·
Status
ekonomi sebuah keluarga
Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih
memilih menggugurkan kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat mereka
merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.
·
Keadaan
emosional
Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah
akan terganggu keadaan emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa
menerima kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga mendorong
mereka untuk menggugurkan kandungan.
·
Pasangan
yang tidak bertanggung jawab
Dengan usia yang belum cukup (belum matang) terlebih
lagi bagi pihak pria yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan
yang dilakukannya, membuat pihak pria berpikir dua kali untuk bertanggung
jawab. Dan apabila pihak pria tidak bertanggung jawab maka ini terjadi beban
bagi wanita sehingga memaksa dia untuk menggugurkan kandungannya.
2.5. HIV/AIDS
Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired
Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus
ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik
yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit.
AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan
kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini
merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di
antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di
Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan
kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat
kematian dan parahnya
infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua
negara.
Hukuman sosial
bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita
penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA).
2.5.1. Gejala dan
Komplikasi
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak
akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang
biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.
Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.
HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh.
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi,
kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang
disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik;
seperti demam, berkeringat
(terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah,
serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien
AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di
wilayah geografis tempat hidup pasien.
2.5.2.
Penyakit
Paru-Paru Utama
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh
yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan
tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera
menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan
indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya
indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari
200 per µL.
Tuberkulosis
(TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait
HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui
rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah
diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui
terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat
merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat
telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan
metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara
berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV
(jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada
stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang
menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya
biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu
tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa
regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih
berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.
2.5.3.
Penyakit
Saluran Pencernaan Utama
Esofagitis
adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus),
yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis)
atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).
Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria,
meskipun kasusnya langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan
pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi
bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis,
Mycobacterium
avium complex, dan virus sitomegalo
(CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari
obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi
utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan
efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya
pada Clostridium
difficile). Pada
stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya
perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin
merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.
2.5.4.
Penyakit
Syaraf dan Kejiwaan Utama
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah
laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric
sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf
yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu
sendiri.
Toksoplasmosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
bersel-satu, yang disebut Toxoplasma
gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang
otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan
penyakit pada mata dan
paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges
(membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala,
lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan
kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati
multifokal progresif
adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan
selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran
impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang
70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan
penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi
pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar
(multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan
setelah diagnosis.
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan
kemampuan mental (demensia) yang
terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang
disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun
oleh makrofag dan mikroglia pada
otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.
Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif,
perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi.
Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan
tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di
negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%, namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap
infeksi HIV. Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV
di India.
2.5.5.
Kanker
dan Tumor Ganas (Malignan)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko
yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi
oleh virus DNA penyebab mutasi genetik;
yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi
(KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang
paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada
sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama
wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes
Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik
keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel
darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt
(Burkitt's lymphoma) atau
sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma),
diffuse large B-cell lymphoma
(DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat
primer, lebih sering
muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan
perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus,
limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap
tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma
manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor
lainnya, seperti limfoma Hodgkin,
kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun
demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara
dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi
HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi
antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang
berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian
menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.
2.5.6.
Infeksi
Oportunistik Lainnya
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik
dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan
dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium
avium-intracellulare
dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada
usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada
retina mata (retinitis
sitomegalovirus),
yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium
marneffei, atau disebut
Penisiliosis,
kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.
2.5.7.
Penyebab
AIDS
merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan manusia, seperti sel
T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel
dendritik.
HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal
sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi
baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut
hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di
tingkat sel
akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten
klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata
lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh
tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2
bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini
pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun.
Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk
bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang
terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada
orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit
yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi
lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik
orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara
alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan
berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit
klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan
dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu
kemampuan penderita bertahan hidup.
2.5.8.
Penularan
Seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika
ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan
rektum, alat kelamin, atau membran mukosa
mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks
anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral
tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif
maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan
HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik
terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV
karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel
normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV
(limfosit dan makrofaga) pada
semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara
menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi
AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau
chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun
lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah,
infeksi chlamydia, dan trikomoniasis
yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan
dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan
penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang.
Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti
bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali
penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju
transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan
hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih
besar terhadap penyakit seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat
terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
2.5.9.
Kontaminasi Patogen Melalui Darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna
obat suntik, penderita hemofilia, dan
resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan
menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang
terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak
hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan
hepatitis C.
Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi
baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur.
Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan
orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure
prophylaxis dengan
obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu. Pekerja fasilitas
kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga
dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi
pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di
Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang
tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub
Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak
aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong
negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah
penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat
kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan
pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak
memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV
dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".
2.5.10.
Penularan
Masa Perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui
rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat
persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama
kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu
memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar,
tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi
risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi
beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui
meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
2.5.11.
Diagnosis
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk
pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui
dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem
tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk
penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif
ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan
memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan
sistem klasifikasi Centers for
Disease Control (CDC)
Amerika Serikat.
2.5.12.
Sistem
Tahapan Infeksi WHO
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi
dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang
terinfeksi dengan HIV-1. Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun
2005.
Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada
orang sehat.
· Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
· Stadium II: termasuk manifestasi membran
mukosa kecil
dan radang saluran pernapasan atas yang berulang
· Stadium III:
termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih
dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
· Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma
kaposi. Semua
penyakit ini adalah indikator AIDS.
2.5.13.
Sistem
Klasifikasi CDC
Terdapat dua definisi tentang AIDS, yang keduanya
dikeluarkan oleh Centers for
Disease Control and Prevention (CDC). Awalnya CDC tidak memiliki nama resmi untuk penyakit ini;
sehingga AIDS dirujuk dengan nama penyakit yang berhubungan dengannya,
contohnya ialah limfadenopati. Para penemu HIV bahkan pada mulanya menamai AIDS dengan
nama virus tersebut. CDC mulai menggunakan kata AIDS pada bulan September tahun
1982, dan
mendefinisikan penyakit ini. Tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS mereka
dengan memasukkan semua orang yang jumlah sel T CD4+ di bawah 200
per µL darah atau 14% dari seluruh limfositnya
sebagai pengidap positif HIV. Mayoritas kasus AIDS di negara maju menggunakan
kedua definisi tersebut, baik definisi CDC terakhir maupun pra-1993. Diagnosis
terhadap AIDS tetap dipertahankan, walaupun jumlah sel T CD4+
meningkat di atas 200 per µL darah setelah perawatan ataupun penyakit-penyakit
tanda AIDS yang ada telah sembuh.
2.5.14.
Tes
HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi
virus HIV. Kurang dari 1%
penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah
menjalani tes HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan.
Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas
kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau
menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas
kesehatan umum pedesaan. Dengan demikian, darah dari para pendonor dan
produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu
diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum,
termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV
pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode
antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi
(window period) bagi setiap
orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan
untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial
untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk
mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat
terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk
diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara
maju.
2.5.15.
Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh
ialah melalui hubungan seksual,
persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta
dari ibu ke janin atau bayi
selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal).
Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan
urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi
dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan.
2.5.16.
Hubungan
Seksual
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual
tanpa pelindung
antarindividu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual
adalah modus utama infeksi HIV di dunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta
kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom
yang lazim mengurangi risiko penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka
panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar
dalam setiap kesempatan. Kondom laki-laki berbahan lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas
berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untuk
mengurangi transmisi HIV secara seksual dan penyakit menular seksual lainnya.
Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak babi
tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahan tersebut dapat
melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang. Jika diperlukan, pihak produsen
menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak
digunakan dengan kondom poliuretan.
Kondom wanita
adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan,
yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak.
Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung
terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian
dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan kondom
wanita, cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita
masih jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar
wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita,
hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat relatif terhadap
hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan strategi
pencegahan HIV yang penting.
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya
terinfeksi menunjukkan bahwa dengan penggunaan kondom yang konsisten, laju
infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi adalah di bawah 1% per
tahun. Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara maju.
Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis
di Eropa dan Amerika Utara
menunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan
kegiatan berisiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS,
sehingga mengabaikan risiko yang mereka hadapi atas infeksi HIV. Namun
demikian, transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV
oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang
menggunakan uji acak terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan risiko infeksi
HIV pada pria heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak
negara yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan
dengan sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat.
Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada
laki-laki bersunat, dapat meningkatkan perilaku seksual berisiko sehingga
mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan
menganjurkan Pendekatan ABC
untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual. Adapun rumusannya
dalam bahasa Indonesia.
2.5.17.
Kontaminasi
Cairan Tubuh Terinfeksi
Pekerja kedokteran yang mengikuti
kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik
dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba
untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan
dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer
obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan jarum yang baru dan
disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang membersihkan jarum
menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan program penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum
bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di penukaran jarum atau tempat
penyuntikan yang aman. Banyak negara telah melegalkan kepemilikan jarum dan
mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan dari apotek tanpa perlu resep
dokter.
2.5.18.
Penularan
dari Ibu ke Anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah
caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu
ke anak (mother-to-child transmission,
MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan
mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan
tidak menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat
terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan
pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar
700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu
ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. Dari semua anak yang
diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub
Sahara.
2.5.19.
Penanganan
Sampai
saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang
diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus
atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak
dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure
prophylaxis
(PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP
juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.
2.5.20.
Terapi
Antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi
antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral
therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi
orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART
yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat ini,
berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri
dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus.
Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease
inhibitor, atau
dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih
cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka
rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang
dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang
dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih
waktu memulai perawatan awal.
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia
(banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak
menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat
yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah
perawatan dihentikan. Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup
seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun
demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan
umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas
tingkat kesakitan (morbiditas) dan
tingkat kematian (mortalitas) karena HIV. Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi
HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan
sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS
hanyalah 9.2 bulan. Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien
selama 4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin
lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal.
Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir,
terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu
yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi
antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh
manfaat dari penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak
taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial
yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan
sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga
kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis,
pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin . Berbagai
efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan
HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin,
peningkatan risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan
pada bayi yang dilahirkan.
Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas
individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan
perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.
2.5.21.
Penanganan
Eksperimental dan Saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang
sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah
dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu
mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Namun setelah
lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi
vaksin.
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk
usaha mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk
memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk
menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika
menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan
B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko
terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga
disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis
dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi
propilaktik tersebut.
Susu sapi adalah salah satu produk tepat yang bisa
mencegah penularan penyakit yang belum ada obatnya ini. Awalnya ilmuwan melihat
bahwa sapi ternyata tidak dapat terinfeksi HIV. Setelah melewati proses
penelitian yang cukup lama, ternyata para peneliti tersebut menemukan fakta
kalau sapi bisa menghasilkan antibodi yang bisa mencegah penularan HIV. Para
peneliti tersebut kemudian menyuntikkan sapi betina dengan protein HIV. Setelah
sapi melahirkan, para ilmuwan tersebut mengumpulkan kolostrum (susu pertama
yang dihasilkan setelah melahirkan). Dan ternyata kolostrum tersebut mengandung
antibodi HIV.
2.5.22.
Pengobatan
Alternatif
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk
menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupunktur
telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi
(peripheral neuropathy) seperti
kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV. Tes-tes
uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat
bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan
penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif
yang serius.
Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin
dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa,
meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas)
akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik. Suplemen
vitamin A pada
anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat. Pemakaian selenium dengan
dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya
peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping
terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat
digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan
alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas
penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS.
Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya
adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.
Namun oleh penelitian yang mengungkapkan adanya simtoma hipotiroksinemia pada penderita AIDS yang terjangkit virus HIV-1, beberapa pakar menyarankan terapi
dengan asupan hormon tiroksin. Hormon tiroksin dikenal dapat meningkatkan laju metabolisme basal sel eukariota dan
memperbaiki gradien pH pada mitokondria.
2.5.23.
Epidemiologi
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim
bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah
terbesar sejak tahun 1981.
Afrika Sub-Sahara
tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai
27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0
juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun.
Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara,
lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat
12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara. Asia Selatan
dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%.
500.000 anak-anak mati di region ini karena AIDS. Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7 juta infeksi
(perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika
Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat
negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia. Di 35 negara di Afrika dengan perataan terbesar, harapan hidup
normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa
penyakit.
2.5.24.
Sejarah
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for
Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai
PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis
jirovecii) pada lima
laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah
HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih
mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di
dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.
Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal
HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes
troglodytes yang ditemukan di Kamerun
selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey
(Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia
akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan
daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS
dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski
terhadap vaksin polio. Namun demikian, komunitas ilmiah
umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti
yang ada.
2.5.25.
Stigma
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai
belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain
tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi,
dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba
HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan
kerahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi
HIV. Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk
melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk
memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat
dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya
penyebaran HIV.
Stigma AIDS lebih jauh dapat
dibagi menjadi tiga kategori:
·
Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan
atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.
·
Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk
mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang
dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.
·
Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang
berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam
satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas,
biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui suntikan.
Di banyak negara maju,
terdapat penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas,
yang berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya
sikap-sikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan
antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan
terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.
2.5.26.
Dampak
Ekonomi
HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan
ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital). Tanpa nutrisi yang
baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang
di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat
bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan
bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di
daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim
piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah
akan menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan.
Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan
pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan
berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit
atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang
meningkat juga akan melemahkan mekanisme produksi dan investasi
sumberdaya manusia (human capital)
pada masyarakat, yaitu akibat hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang
tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa muda, ia
melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik seperti pendidikan
dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan AIDS. Ini memberikan
tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek
melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi
peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, pelatihan (untuk
menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan
yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika
peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya
tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani
para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya
pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga.
Berkurangnya pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga
efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan
penguburan. Penelitian di Pantai Gading
menunjukkan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua
kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga
lainnya.
2.5.27.
Penyangkalan
atas AIDS
Sekelompok kecil aktivis, diantaranya termasuk beberapa
ilmuwan yang tidak meneliti AIDS, mempertanyakan tentang adanya hubungan antara
HIV dan AIDS, keberadaan HIV itu sendiri, serta kebenaran atas percobaan dan
metode perawatan yang digunakan untuk menanganinya. Klaim mereka telah
diperiksa dan secara luas ditolak oleh komunitas ilmiah, walaupun terus saja
disebarkan melalui Internet dan
sempat memiliki pengaruh politik di Afrika Selatan
melalui mantan presiden Thabo Mbeki,
yang menyebabkan pemerintahnya disalahkan atas respon yang tidak efektif
terhadap epidemik AIDS di negara tersebut.
2.6. Narkoba
Narkoba atau Napza adalah bahan/zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang .
yang termasuk dalam NAPZA adalah: Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif
lainnya.
Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat , baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.
Zat Adiktif adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif di luar
narkotika dan Psikotropika, meliputi:
· Minuman beralkohol
· Inhalasi
· Tembakau
2.6.1. Faktor Penyebab
Penyalahgunaan Narkoba
· Faktor Kepribadian
Beberapa
hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, bilogis, personal,
kesehatan dan gaya hidup yang memiliki pengaruh dalam menetukan sorang remaja
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
· Kurangnya Pengendalian
Diri
Orang
yang coba-coba menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki sedikit pengetahuan
tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan, serta aturan hukum yang melarang
penyalahgunaan narkoba.
·
Konflik Individu/Emosi
Yang Belum Stabil
Orang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi.
Bagi individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah cenderung
menggunakan narkoba, karena berpikir keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh
konflik individu tersebut dapat dikurangi dengan mengkonsumsi narkoba.
· Terbiasa Hidup Senang/Mewah
Orang
yang terbiasa hidup mewah kerap berupaya menghindari permasalahan yang lebih
rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan,
praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga akan memilih cara-cara
yang simple yang dapat memberikan kesenangan melalui penyalahgunaan narkoba
yang dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan.
· Kurangnya kontrol
keluarga
Orang
tua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu mengontrol anggota
keluarga.Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari
perhatian diluar, biasanya mereka juga mencari kesibukan bersama teman-temanya.
·
Kurangnya penerapan
disiplin dan tanggung jawab
Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh
remaja dimuali dari keluarga yang broken home, semua anak mempunyai potensi
yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan
tanggung jawab kepada anak akan mengurangi resiko anak terjebak ke dalam
penyalahgunaan narkoba. Anak yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya,
orang tua dan masyarakat akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum
mencoba-coba menggunakan narkoba.
· Masyarakat
Yang Individualis
Lingkungan
yang individualistik dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan
orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa
peduli dengan orang sekitarnya. Akibatnya banayak individu dalam masayarakat
kurang peduli dengan penyalahgunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan
remaja dan anak-anak.
· Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh
teman atau kelompok juga berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Hal ini
disebabkan antara lain karena menjadi syarat kemudajan untuk dapat diterima
oleh anggota kelompok. Kelompok atau Genk mempunyai kebiasaan perilaku yang
sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga
mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba.
· Faktor Pendidikan
Pendidikan
akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah juga merupakan salah satu
bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil
terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
· Faktor Masyarakat dan Komunitas Sosial
Faktor
yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang remaja atnara lain
hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah hubungan, hilangnya
perhatian dengan komunitas, dan susahnya berdaptasi dengan baik (bisa dikatakan
merasa seperti alien, diasingkan)
· Faktor Populasi Yang Rentan
Remaja
masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada
dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Banyak
remaja mulai mencoba-coba narkoba, seperti amphetamine-type stimulants (termasuk
didalamnya alkohol, tembakau dan obat-obatan yang diminum tanpa resep atau
petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif) sehingga menimbulkan berbagai
macam masalah pada akhirnya.
2.7. Rokok
Mungkin sudah bukan hal yang biasa lagi jika
kita mendengar bahwa rokok sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia, karena sebenarnya sudah banyak peringatan dan
pesan yang sering kita dengar dari berbagai media mengenai bahaya
rokok
tersebut bahkan sebenarnya sudah ada peringatan mengenai bahaya rokok tersebut
di kemasan rokok itu sendiri. Tapi anehnya tetap saja masih banyak orang yang merokok, entah hanya sekedar pengen di anggap
sebagai anak gaul atau mungkin sudah menjadi kebutuhan bagi dirinya. Yang jelas
apapun alasannya, kita harus sejak dini mengindari
rokok
tersebut, sebab efek dari asap rokok tersebut dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan mulai dari yang ringan hingga yang berat yang bisa
membawa kita kepada kematian. Bukan hal yang terlalu berlebihan. Jika saya
mengatakan hal tersebut, namun memang seperti itulah efek
negatif
dari merokok. Mungkin kita tidak akan merasakan efeknya secara langsung akan
tetapi efeknya akan terasa dalam jangka waktu yang lama.
Dan menurut penelitian, ternyata yang akan
menerima efek negatif dari rokok tersebut bukan hanya perokok aktif saja, akan
tetapi perokok pasif pun akan menerima akibat negatif dari rokok tersebut. Dan
justru efek yang diterima oleh perokok
pasif akan
jauh lebih berbahaya lagi ketimbang perokok aktifnya. Mungkin ada sebagian dari
anda yang masih bingung dengan istilah perokok pasif. Jadi perokok pasif
merupakan sebuah istilah bagi seseorang yang sebenarnya bukan seorang perokok
akan tetapi orang yang berada atau dekat dengan orang-orang yang merokok sehingga ia secara tidak
langsung sering menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh para perokok aktif.
Dan kenapa lebih bahaya di bandingkan perokok
aktif? Karena asap yang dihirup oleh perokok
pasif akan
langsung masuk ke paru-paru melalui hidung.
Sebenarnya
mengapa rokok bisa begitu berbahaya bagi kesehatan? Ini disebabkan dari kandungan yang terdapat di
dalam rokok tersebut.
2.7.1. Zat yang Terkandung dalam Rokok
·
Nikotin
Zat ini
mengandung candu bisa menyebabkan seseorang ketagihan untuk trus menghisap
rokok
Pengaruh
bagi tubuh manusia:
ü
Menyebabkan kecanduan/ketergantungan
ü
Merusak jaringan otak
ü
Menyebabkan darah cepat membeku
ü
Mengeraskan dinding arteri
·
Tar
Bahan
dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan bisa menimbulkan
iritasi bahkan kanker
Pengaruh
bagi tubuh manusia:
ü
Membunuh sel dalam saluran darah
ü
Meningkatkan produksi lendir di paru-paru
ü
Menyebabkan kanker paru-paru
·
Karbon Monoksida
Gas
yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksigen
dalam tubuh.
Pengaruh
bagi tubuh manusia:
ü
Mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen
ü
Menghalangi transportasi dalam darah
· Zat Karsinogen
Pengaruh
bagi tubuh manusia:
ü
Memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh
ü
Zat iritan
ü
Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru
ü
Menyebabkan batuk
Zat-zat
asing berbahaya tersebut adalah zat yang terkandung dalam dalam asap rokok, dan
ada 4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang rokok, 40 diantaranya tergolong
zat yang berbahaya, misalnya: hidrogen sianida (HCN), arsen, amonia, polonium, dan karbon
monoksida (CO).
2.7.2. Beberapa Bahaya yang Ditimbulkan oleh Rokok
·
Kanker Paru
Diketahui sekitar 90 persen kasus kanker paru
diakibatkan oleh rokok. Hal ini karena asap rokok akan masuk secara inhalasi ke
dalam paru-paru. Zat dari asap rokok ini akan merangsang sel di paru-paru
menjadi tumbuh abnormal. Diperkirakan 1 dari 10 perokok sedang dan 1 dari 5
perokok berat akan meninggal akibat kanker paru.
· Kanker Kandung
Kemih
Kanker
kandung kemih terjadi pada sekitar 40 persen perokok. Studi menemukan kadar
tinggi dari senyawa 2-naphthylamine dalam rokok menjadi karsinogen yang mengarah
pada kanker kandung kemih.
·
Kanker Payudara
Perempuan
yang merokok lebih berisiko mengembangkan kanker payudara. Hasil studi
menunjukkan perempuan yang mulai merokok pada usia 20 tahun dan 5 tahun sebelum
ia hamil pertama kali berisiko lebih besar terkena kanker payudara.
·
Kanker Serviks
Sekitar
30 persen kematian akibat kanker serviks disebabkan oleh merokok. Hal ini
karena perempuan yang merokok lebih rentan terkena infeksi oleh virus menular
seksual.
·
Kanker Kerongkongan
Studi
menemukan bahwa asap rokok merusak DNA dari sel-sel esofagus sehingga
menyebabkan kanker kerongkongan. Sekitar 80 persen kasus kanker esofagus telah
dikaitkan dengan merokok.
·
Kanker Pencernaan
Meskipun
asap rokok masuk ke dalam paru-paru, tapi ada beberapa asap yang tertelan
sehingga meningkatkan risiko kanker gastrointestinal (pencernaan).
·
Kanker Ginjal
Ketika
seseorang merokok, maka asap yang mengandung nikotin dan tembakau akan masuk ke
dalam tubuh. Nikotin bersama dengan bahan kimia berbahaya lainnya seperti
karbonmonoksida dan tar menyebabkan perubahan denyut jantung, sirkulasi pernapasan
dan tekanan darah. Karsinogen yang disaring keluar dari tubuh melalui ginjal
juga mengubah sel DNA dan merusak sel-sel ginjal. Perubahan ini mempengaruhi fungsi
ginjal dan memicu kanker.
·
Kanker Mulut
Tembakau adalah penyebab utama kanker mulut.
Diketahui perokok 6 kali lebih besar
mengalami kanker mulut dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan orang
yang merokok tembakau tanpa asap berisiko 50 kali lipat lebih besar.
·
Kanker Tenggorokan
Asap
rokok yang terhirup sebelum masuk ke paru-paru akan melewati tenggorokan,
karenanya kanker ini akan berkaitan dengan rokok.
·
Serangan Jantung
Nikotin
dalam asap rokok menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Sedangkan
karbon monoksida mengambil oksigen dalam darah lebih banyak yang membuat
jantung memompa darah lebih banyak. Jika jantung bekerja terlalu keras ditambah
tekanan darah tinggi, maka bisa menyebabkan serangan jantung.
·
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Sebagian
besar penyakit jantung koroner disebabkan oleh rokok dan akan memburuk jika
memiliki penyakit lain seperti diabetes melitus.
·
Aterosklerosis
Nikotin
dalam asap rokok bisa mempercepat penyumbatan arteri yang bisa disebabkan oleh
penumpukan lemak. Hal ini akan menimbulkan terjadinya jaringan parut dan
penebalan arteri yang menyebabkan arterosklerosis.
·
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Kondisi
ini menyebabkan aliran darah terhalangi sehingga membuat seseorang sulit
bernapas, dan sekitar 80 persen kasus PPOK disebabkan oleh rokok. Kondisi ini
bisa menyebabkan terjadinya emfisema (sesak napas akibat kerusakan pada kantung
udara atau alveoli) dan bronkitis kronis (batuk dengan banyak lendir yang
terjadi terus menerus selama 3 bulan).
·
Impotensi
Bagi
laki-laki berusia 30-an dan 40-an tahun, maka merokok bisa meningkatkan risiko
disfungsi ereksi sekitar 50 persen. Hal ini karena merokok bisa merusak
pembuluh darah, nikotin mempersempit arteri sehingga mengurangi aliran darah
dan tekanan darah ke penis. Jika seseorang sudah mengalami impotensi, maka bisa
menjadi peringatan dini bahwa rokok sudah merusak daerah lain di tubuh.
·
Gangguan medis lainnya
Beberapa gangguan medis juga bisa disebabkan
oleh rokok seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), gangguan kesuburan, memperburuk asma dan radang saluran napas,
berisiko lebih tinggi mengalami degenerasi makula (hilangnya penglihatan secara
bertahap), katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan, menimbulkan noda di gigi
dam gusi, mengembangkan sariawan di usus serta merusak penampilan.
2.7.3. Cara Berhenti Merokok
· Niat yang sungguh-sungguh untuk berhenti
merokok.
· Belajar membenci rokok.
· Bergaulah dengan orang yang tidak merokok.
· Sering-sering pergi ke tempat yang ruangannya
ber-AC.
· Pindahkan semua barang-barang yang
berhubungan dengan rokok.
· Jika ingin merokok, tundalah 10 menit lagi.
· Beritau teman dan orang terdekat kalau kita
ingin berhenti merokok.
· Kurangi merokok sedikit demi sedikit.
· Hilangkan kebiasaan Bengong atau menunggu.
· Sering-seringlah pergi ke rumah sakit, agar
tau pentingnya kesehatan.
· Cari pengganti rokok, misalnya permen dan
lain-lain.
· Coba dan coba lagi jika masih gagal.
2.8. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang
disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil
kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian
Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan
berbagai negara Asia.
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus.
Keracunan obat, dan
paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida,
chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor,
dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri
modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis.
Zat-zat kimia ini
mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun
yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia
beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat
lagi menetralkan racun-racun lain.
2.8.1.
Diagnosis
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus
kali lebih ganas (infectious),
dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis
B tidak nyata.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi
kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis
B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya
kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan
sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B
kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan
intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi
Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi
dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan
evaluasi infeksi
Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting
untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini
dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT
yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT
yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang
kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT
normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan
histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan
histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis
penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala
tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual
sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak
pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti
bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air
seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh
tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika
tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan
menjadi carrier inaktif.
Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate
(antara dua hal di atas) maka penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis.
2.8.2.
Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius
dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi
pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan virus Hepatitis B ini menular.
· Secara vertikal, cara penularan vertikal
terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan
atau segera setelah persalinan.
· Secara horisontal, dapat terjadi akibat
penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi
darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika
penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll), lendir
(berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah serta hubungan seksual dengan
penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang
diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima
reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu
ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat
pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada.
Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan
pasangannya untuk menenularan penyakit ini.
2.8.3.
Perawatan
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya,
sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang
baik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi
Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau
kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk
Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita
penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa
( Uniferon).
Selain itu, ada juga pengobatan
tradisional yang
dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah
dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai
hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga
bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi
empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk
pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma
lucidum), akar alang-alang (Imperata
cyllindrica), rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).
3.
Upaya
Mewujudkan 8 Gol UKS
Pewujudkan 8 gol UKS dapat
dilakukan dengan cara:
·
Sosialisasi kesehatan
·
Sosialisasi mengenai 8 gol UKS
·
Budaya berperilaku bersih dan sehat
·
Menghindari pergaulan yang bebas
4.
Peran
Masyarakat Sekitar dalam Upaya Mewujudkan 8 Gol UKS
4.1. Keluarga
Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam
upaya mewujudkan 8 gol UKS karena keluarga merupakan bagian terdekat dari
seorang remaja. Anggota keluarga utamanya orang tua harus dapat menjalin
hubungan yang erat antar anggota keluarga terutama anak. Karena jika terjadi
kerenggangan hubungan antara orang tua dan anak, maka akan menimbulkan sikap
anak yang cenderung merasa bahwa dirinya tidak diperhatikan lagi sehingga
membuat sang anak mencari kesibukan dan akan menjadikan pergaulannya sebagai
pelarian pertama. Keluarga juga harus mampu menanamkan nilai-nilai agama,
moral, dan budi pekerti pada sang anak, serta pembiasaan hidup yang sehat.
4.2. Pergaulan
Pergaulan dan komunitas lain yang dimiliki sang
remaja juga memegang peran cukup besar dalam upaya pewujudan 8 gol UKS. Sebab,
hampir lebih dari 50% waktu yang ia miliki cenderung dihabiskan bersama
teman-teman sebayanya. Seorang remaja harus mampu memilah antara pergaulan yang
baik dan pergaulan yang buruk. Memilah antara pergaulan yang dapat membawanya
ke dalam hal-hal yang baik dan sebaliknya. Berteman dengan semua orang bukanlah
suatu larangan. Namun, seorang remaja yang baik harus dapat membedakan antara
perilaku teman yang boleh dan atau dapat dijadikan teladan dengan yang tidak
dapat ditiru. Pergaulan dan perilaku yang dapat ditiru antara lain sikap
menaati aturan dan agama, bermoral, berbudi pekerti, dan mampu membawa seorang
remaja ke dalam hal-hal positif, seperti menjauhi narkoba, rokok, pergaulan
bebas, seks bebas, dan hal-hal buruk lainnya.
4.3. Sekolah
Sekolah memiliki peran penting dalam hal
mewujudkan 8 gol UKS. Karena sekolah merupakan sarana pembelajaran para siswa
termasuk para remaja. Sekolah yang ideal dijaikan sebagai tempat pembelajaran
adalah sekolah yang dapat memberikan dan menanamkan berbagai norma dan etika,
serta moral, pendidikan agama, dan budi pekerti. Sekolah juga harus mampu
mencetak generasi bangsa yang dapat dijadikan sebagai ujung tombak nusa dan
bangsa.
4.4. Pemerintah
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara juga
menjadi pemegang peran penting dalam upaya pewujudan 8 gol UKS. Pemerintah
harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan 8 gol UKS.
Seperti fasilitas kesehatan, mengadakan sosialisasi dan pengarahan dari
dinas-dinas terkait kepada orang tua agar dapat termotivasi untuk turut serta
mengupayakan terwujudnya 8 gol UKS.
Bab 3
Penutup
A.
Kesimpulan
UKS merupakan kepanjangan dari Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu wadah yang mengurus berbagai hal terkait dengan kesehatan masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua pegawai di sekolah.
Yang
dimaksud dengan 8 gol UKS adalah “Generasi muda terbebas dari anemia,
kecacingan, kenakalan remaja, kehamilan pra nikah, HIV/AIDS, narkoba, rokok,
hepatitis B.”
Pewujudkan 8 gol UKS dapat
dilakukan dengan cara:
·
Sosialisasi kesehatan
·
Sosialisasi mengenai 8 gol UKS
·
Budaya berperilaku bersih dan sehat
·
Menghindari pergaulan yang bebas
Yang memegang peran penting
dalam upaya pewujudan 8 gol UKS adalah keluarga, pergaulan, sekolah, dan
pemerintah.
B.
Saran
Pewujudkan 8 gol UKS dapat
dilakukan dengan cara sosialisasi kesehatan, sosialisasi mengenai 8 gol UKS,
budaya berperilaku bersih dan sehat, menghindari pergaulan yang bebas.
Anggota keluarga utamanya orang
tua harus dapat menjalin hubungan yang erat antar anggota keluarga terutama
anak. Keluarga juga harus mampu menanamkan nilai-nilai agama, moral, dan budi
pekerti pada sang anak, serta pembiasaan hidup yang sehat.
Seorang remaja harus mampu
memilah antara pergaulan yang baik dan pergaulan yang buruk. Memilah antara
pergaulan yang dapat membawanya ke dalam hal-hal yang baik dan sebaliknya.
Seorang remaja yang baik harus dapat membedakan antara perilaku teman yang
boleh dan atau dapat dijadikan teladan dengan yang tidak dapat ditiru.
Sekolah yang ideal dijaikan
sebagai tempat pembelajaran adalah sekolah yang dapat memberikan dan menanamkan
berbagai norma dan etika, serta moral, pendidikan agama, dan budi pekerti.
Sekolah juga harus mampu mencetak generasi bangsa yang dapat dijadikan sebagai
ujung tombak nusa dan bangsa.
Pemerintah harus menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan 8 gol UKS. Seperti fasilitas
kesehatan, mengadakan sosialisasi dan pengarahan dari dinas-dinas terkait
kepada orang tua agar dapat termotivasi untuk turut serta mengupayakan
terwujudnya 8 gol UKS.
Daftar Pustaka
0 comments:
Post a Comment