Awal terbentuknya bumi berasal
dari teori protoplanet. Bumi mulai terbentuk dari butiran debu
dan gas yang berasal di sekitar matahari yang kemudian melekat membentuk
artikel.gaya beratnya membentuk tekanan sehingga dalamnya mencair. Adanya
pemanasan membentuk uap yang menyebabkan adanya atmosfer. Berjuta-juta tahun
kemudian terjadilah hujan sehingga ada samudra dan benua.
Sejarah
pembentukan bumi dapat dilihat dari batuan pembentuk kerak bumi.
Sejarah bumi di bagi ke dalam kurun waktu disebut era, era dibagi ke
dalam periode, dan periode dibagi ke dalam epok. Empat era dalam
sejarah bumi era Pra-Kambrium,
Paleozoik, Mesozoik, dan Senozoik.
·
Era pra-kambrium, sekitar 4,5 milyar
tahun yang lalu, organisme yang muncul adalah mikroorganisme di dalam samudra
·
Era Paleozoik, pada era ini sudah banyak
muncul hewan invertebrata. Era ini memiliki enam periode yaitu periode
kambrium, periode ordovisium, periode silur, periode devon, periode karbon,
periode perm
·
Era mesozoik, era ini dibagi ke dalam
periode, yaitu trias, jura, kreta. Pada era ini sudah mulai ada dinosaurus.
·
Era senozoik, era ini terbagi ke dalam
dua periode, yaitu periode tersier dan kuarter.
LAPISAN-LAPISAN KULIT BUMI
Menurut Komposisi:
•
Kerak Bumi
Lapisan
kulit bumi bagian paling luar yang nama lainnya adalah litosfer. Kerak bumi
tebalnya bisa mencapai 70 km. Kerak bumi ada 2 yaitu kerak bumi benua dan kerak
bumi samudra.
•
Mantel Bumi
Selubung
bumi yang letaknya dibawah kerak bumi. Berisi material cair kental dan berpijar
dengan suhu sekitar 3.000˚C, merupakan campuran dari berbagai bahan yang
bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi.
•
Inti Bumi/Core/Barisfer
Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari
struktur bumi. Terdiri atas besi dan nikel.
Menurut sifat mekanik (sifat dari
material):
ü Litosfer
Litosfer
berasal dari kata lithos berarti batu dan sphere/sphaira
berarti bulatan atau lapisan. Dengan demikian Litosfer dapat diartikan lapisan
batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain, litosfer adalah lapisan
bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 70 km yang tersusun dari batuan
penyusun kulit bumi.
ü Astenosfer
Astenosfer,
yaitu lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan ketebalan sekitar 2.900 km
berupa material cair kental dan berpijar dengan suhu sekitar 3.000˚C, merupakan
campuran dari berbagai bahan yang bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi.
Terdiri atas silisium dan aluminium.
ü Mesosfer
Mesosfer (Lapisan yang lebih tebal dan berat kaya dengan
silisium-magnesium, tebalnya 2400-2750 km).
ü Inti luar
Inti
luar adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan ini sekitar 2.200
km, tersusun atas materi besi dan nikel yang bersifat cair, kental, dan panas
berpijar bersuhu sekitar 3.900˚C
ü Inti dalam
Inti
dalam adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan sekitar 2.500
km, tersusun atas materi besi dan nikel pada suhu yang sangat tinggi yakni
sekitar 4.800˚C, akan tetapi tetap dalam keadaan padat dengan densitas sekitar
10 gram/cm3. Hal itu disebabkan adanya tekanan yang sangat tinggi
dari bagian-bagian bumi lainnya.
TEORI
PEMBENTUKAN MUKA BUMI
þ Kontraksi
Diformulasikan oleh James Dana (1847), & Elie De Baumant
(1852):kerak bumi mengalami
pengerutankarena bagian dalamnya mengalami pendinginan sebagai akibat konduksi
panas mengakibatkan terbentuknya pegunungan tinggi dan lembah-lembah
dipermukaan bumi
þ Laurasia-Gondwana
Dikemukakan oleh Eduard Zuess (1884) & Frank B. Taylor (1910):
mula-mula ada dua benua yang berlokasi
di kedua kutub bumi. Benua tersebut diberi nama laurentia (laurasia) di sebelah
utara dan gondwana di sebelah
selatan kemudian keduanya bergerak kearah equator secara pelan-pelan,
terpecah-pecah membentuk benua-benua yang ada sekarang.
þ Pergeseran
Benua/Continental Drift Theory
Alfred
Wegener (1915) dalam bukunya the origin of continent’s and ocean’s: dahulu mula-mula hanya ada satu benua yang disebut
pangaa (pangeae) kemudian pada permulaan mesozoikum benua tersebut mulai
bergeser perlahan-lahan ke arah equator dan barat sampai terpecahdan mencapai
posisi seperti yang ada sekarang ini. Adapun penyebab gerakan tersebut
dikemukakan sebagai akibat rotasi bumi yang menghasilkan gaya
sentrifugal,menyebabkan kecenderungan gerakan ke arah equator, serta adanya
gaya tarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerakan ke arah baratseperti
halnya pada gelombang pasang (bulan bergerak dari arah barat ke timur dalam
gerakannya mengorbit bumi
þ Konveksi
Harry
H. Hess (1962) dalam bukunya: history of the ocean basin: ada aliran konveksi di dalam lapisan
astenosfer yang agak kental dimana pengaruhnya sampai ke kerak bumi di atasnya
merambat menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak.gerak aliran ini
menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Selanjutnya aliran
konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge. Di puncak mid
oceanic ridge lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya,membeku
dan membentuk kerak bumi baru. Lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100km
mempunyai temperatur relatif jauh lebih rendah dibanding dengan lapisan
dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa
dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah temperatur rendah atau sebaliknya.
þ Pergeseran
Dasar Laut
Robert
Diesz mengembangkan hipotesa Hess: perkembangan
penelitian topografi dasar laut membuktikan terjadinya pergeseran dasar laut
dari arah punggungan dasar laut ke kedua sisinya, dimana makin jauh dari
punggungan dasar laut makin tua umurnya. Adanya gerakan yang arahnya dari
punggungan dasar laut
Contoh: mid atlantic ridge, east pasific
rise, atlantic indian ridge, pasific atlantic ridge
þ Lempeng
Tektonik/Plate Tectonics Theory
Dan
Mc Kenzie & Robert Parker (1967) menampilkan hipotesa baru: menyempurnakan teori-teori sebelumnya; kerak
bumi bersama lapisan lithosfer mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap
satu lempeng yang saling berhubungan, karena adanya aliran konveksi yang keluar
dari mid oceanic yang kemudian menyebar ke kedua sisinya, setelah itu masuk
kembali ke lapisan dalam daerah tempat masuknya materi tadi merupakan
patahan (transform fault) yang ditandai dengan deretan palung laut dan
pulau volkanis. Pada transform fault ini aktivitas gempa bumi sangat banyak
akibat pergeseran kerak bumi yang berlangsung terus menerus masing-masing
lempeng bergerak ke arah tertentu dengan kecepatan berkisar 1 –13 cm/tahun.
GAMBAR
GUNUNG API DAN LEMPENG TEKTONIK
GAMBAR GERAK
LEMPENG TEKTONIK
Akibat Pergerakan Lempeng Tektonik
a. Batas menyebar/saling menjauh (divergent boundaries)
Perbatasan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak
ke arah yang berlawanan atau saling menjauh, perbatasan ini biasanya merupakan rangkaian
pegunungan dasar laut. contohnya gerakan saling menjauh antara lempeng
Afrika dengan Amerika bagian selatan. Zone berupa jalur tempat berpisahnya
lempeng-lempeng tektonik disebut Divergent Zone
(zona sebar
pisah). Fenomena yang terjadi, sebagai berikut:
1)
Perenggangan
lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepinya.
2)
Pembentukan
tanggul dasar samudera (med ocean ridge) di sepanjang
3)
tempat
perenggangan lempeng-lempeng tersebut.
4)
Aktivitas
vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur
5)
bantal
(lava bantal) dan hamparan leleran lava encer, dan
6)
Aktivitas
gempa.
Contoh:
Di Lautan Atlantik,
tanggul dasar samudera memanjang dari dekat Kutub Utara sampai mendekati Kutub
Selatan. Celah ini menjadikan benua Amerika bergerak saling menjauh dengan
benua Eropa dan Afrika.
b.
Batas terpusatkan/saling
mendekati/bertabrakan (convergent boundaries)
Perbatasan lempeng yang geraknya dari arah yang
berlawanan atau memusat, di perbatasan ini lempeng saling bertumbukan sehingga
terjadi patahan-patahan yang memudahkan timbulnya gunung api dan palung
lautyang sejajar dengan perbatasan itu. Salah satu lempeng akan menjorok ke
dalam yang disebut “subduction zone”dan merupakan daerah pusat gempa. Contohnya
tumbukan antara lempeng India dengan lempeng Benua Eurasia yang menghasilkan
terbentuknya pegunungan lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan
tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, yaitu Mount Everest.
Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan Benua Eropa yang menghasilkan
terbentuknya Pegunungan Alpen. Zone berupa jalur tumbukan antarlempeng
benua dengan lempeng dasar samudera, disebut Zone Subduksi atau zone
tunjam, contohnya tumbukan antara lempeng benua Amerika dengan lempeng
dasar Samudera Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan
Pegunungan Andes. Fenomena yang
dihasilkannya:
1)
lempeng
samudera menghujam ke bawah lempeng benua;
2)
terbentuk
palung laut di tempat tumbukan tersebut;
3)
pembengkakan
tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan;
4)
terdapat
aktivitas vulkanisme, intrusi dan ekstrusi;
5)
daerah
hiposentra gempa dangkal dan dalam;
6)
penghancuran
lempeng akibat pergesekan lempeng;
7)
timbunan
sedimen campuran atau melange.
Contoh:
Pegunungan di pantai
barat Amerika, deretan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, merupakan akibat
pembengkakan lempeng benua. Bermunculan puncak gunung api dan terjadi gempa di
sepanjang pulau dan pegunungan tersebut. Ingatlah bahaya gempa yang menimbulkan
Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara pada akhir Desember 2004, gempa tersebut
timbul akibat adanya tumbukan antara lempeng samudera Australia terhadap
lempeng benua Asia.
c.
Batas menggunting/pergerakan
lempeng transform/saling berpapasan (shear boundaries)
Perbatasan lempeng dimana gerak lempeng sejajar
dengan arah yang berlawanansepanjang perbatasan itu atau seperti gerakan
menggunting. Contohnya,
gesekan antara lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng daratan Amerika Utara
yang mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang
kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan
Amerika Serikat.
JALUR GUNUNG API, GEMPA, DAN DAERAH LEMPENG TEKTONIK DI INDONESIA
HUKUM
KEPLER
Hukum I Kepler
Dari
sifat fisis elips kita mengetahui bahwa elips mempunyai dua titik fokus.
Matahari kita berada di salah satu titik fokusnya, sesuai dengan pernyataan
kepler I:
“Lintasan setiap planet ketika mengelilingi
matahari berbentuk elips, di mana matahari terletak pada salah satu fokusnya.”
Konsekuensinya,
pada saat tertentu, planet akan mempunyai jarak yang terdekat dengan matahari
yang kita sebut perihelion, dan juga ada saatnya planet berada pada jarak
terjauhnya dari matahari yang kita sebut aphelion. Sesuai
dengan aturan kekekalan momentum sudut (mvr = konstan), maka kecepatan planet
mengorbit planet tidaklah sama pada setiap saat. Ketika planet ada di
perihelion, maka kecepatannya akan maksimum (karena r-nya minimum) dan ketika
planet ada di aphelion, maka kecepatannya akan minimum (karena r-nya maksimum).
Hukum II
Kepler
“Luas daerah yang disapu oleh garis antara
matahari dengan planet adalah sama untuk setiap periode waktu yang sama.”
Hukum
Kepler yang kedua menjelaskan bahwa untuk selang waktu yang sama, planet
menyapu luas juring yang sama. Konsekuensinya, pada perihelion planet akan
mempunyai kecepatan orbit yang paling besar dan pada aphelion planet akan
mempunyai kecepatan orbit yang paling kecil.
Hukum
III Kepler
“Kuadrat waktu yang diperlukan oleh planet
untuk menyelesaikan satu kali orbit sebanding dengan pangkat tiga jarak
rata-rata planet-planet tersebut dari matahari.”
Jika T1 dan T2
menyatakan periode dua planet, dan r1 dan r2 menyatakan
jarak rata-rata mereka dari matahari.
CONTOH:
2.
Jarak Merkurius pada titik perihelionnya
adalah 0,341 SA dari Matahari, dan setengah sumbu panjangnya adalah 0,387 SA.
Luas daerah yang disapunya dalam satu periode adalah
a.
0,467 SA2
b.
0,312 SA2
c.
0,104 SA2
d.
0,213 SA2
e.
0,621 SA2
(OSK 2009)
3.
Periode orbit
Merkurius adalah 88 hari. Jika jarak perihelion 0,30 SA, berapa
eksentrisitasnya?
a.
0,09
b.
0,15
c.
0,17
d.
0,19
e.
0,22
4.
Jika setengah sumbu panjang dan
eksentrisitas planet Mars adalah a = 1,52 dan e = 0,09 sedangkan untuk Bumi a =
1 SA dan e = 0,017. Kecerlangan minimum Mars pada saat oposisi, terjadi ketika
jaraknya dari Bumi pada saat itu;
a. 0,67
SA
b. 0,70
SA
c. 0,72
SA
d. 0,37
SA
e. 0,50
SA
(OSP
2008)
PEMBAHASAN:
2.
dp = 0,341 SA
a = 0,387 SA
Luas elips =….
Le = π.a.b
Dari jarak perihelion, kita dapat
menghitung eksentrisitas
dp = a(1 – e)
e = 0,119
c = e.a = 0,046
a2 = b2 + c2
b = 0,384 SA
Sehingga dapat dihitung Luas elips =
3,14 x 0,387 x 0,384 = 0,467 SA2
(A)
3.
P = 88 hari = 0,24 tahun
dp = 0,30 SA
eksentrisitas =…
Pertama-tama kita harus mencari
setengah sumbu panjang, dengan menggunakan hukum Kepler III
a = 0,242/3 = 0,387 SA
dp = a(1 – e)
e = 0,22 (E)
4.
Kecerlangan minumum Mars pada saat oposisi terjadi pada
saat Bumi berada paling dekat dari Matahari (Bumi di perihelion) dan Mars
berada paling jauh dengan Matahari (Mars di aphelion)
Diketahui:
aM =
1,52 SA
eM
= 0,09
aB
= 1 SA
eB
= 0,017
Sehingga
pada saat Bumi berada di perihelion, jaraknya dari Matahari adalah:
da
= a (1 - e) = 1 ( 1 - 0,017) = 0,983 SA
Sedangkan
pada saat Mars berada di aphelion, jaraknya dari Matahari adalah:
dp
= a (1 + e) = 1,52 ( 1 + 0,09) = 1,6568 SA
Dengan
demikian, jarak antara Mars dan Bumi pada saat kecerlangan maksimum Mars adalah
1,6568
AU – 0,983 AU = 0,6738 SA (A)
HUKUM TITIUS BODE
Adakah suatu aturan umum atau ketentuan yang dapat
digunakan untuk menentukan jarak planet-planet ke Matahari? Suatu metode
sederhana yang dapat memudahkan dalam mengingat atau menentukan jarak rata-rata
antara sebuah planet dengan Matahari dalam satuan astronimis, yaitu hukum
Titius Bode.
Disebut demikian, karena metode ini pertama kali
diperkenalkan oleh Johann Daniel Titius, seorang ahli Fisika dan Matematika
berkebangsaan Jerman pada sekitar tahun 1766. Sedangkan Johann Bode, seorang
astronom Jerman adalah pendukung kuat metode ini.
Bagaimana dapat menentukan jarak rata-rata antara
suatu planet dengan Matahari dengan hukum Titius Bode? Titius Bode menandai
jarak antara planet dan Matahari dengan angka-angka 0, 3, 6, 12, 24, ... dan
seterusnya (menggandakan angka setiap bilangan kecuali untuk nol). 0 untuk
Merkurius, 3 untuk Venus, 6 untuk Bumi, dan seterusnya. Kemudian setiap
bilangan iniditambah dengan 4, dan hasilnya dibagi dengan 10 (Tjasyono, 2006).
Sebagai contoh, untuk Planet Merkurius (Planet terdekat dengan Matahari)
jaraknya dari matahari (dalam SA) menurut hukum Titius Bode adalah (0 + 4) : 10
= 0,4 SA sedangkan untuk planet Venus, jaraknya dari Matahari adalah (3 + 4) :
10 = 0,7 SA. Sekarang berapakah jarak planet Bumi ke Matahari? Tanda untuk planet
Bumi adalah 6, kemudian angka 6 ini ditambah dengan 4 dan hasil penjumlahan ini
dibagi dengan 10, sehingga jarak Bumi ke Matahari adalah (6 + 4) : 10 = 1 SA dan
seterusnya. Cukup mudah bukan? Coba Anda tentukan jarak rata-rata planet-planet
lainnya dari Matahari dengan menggunakan hukum Titius Bode ini.
Planet
|
Deret Ukur
|
+ 4
|
Jumlah Perbandingan
Jarak
|
Jarak Menurut
Titius-Bode
|
Jarak Sebenarnya
dlm SA
|
Merkurius
Venus
Bumi
Mars
Planetoid
Jupiter
Saturnus
Uranus
Neptunus
|
0
3
6
12
24
48
96
192
384
|
4
4
4
4
4
4
4
4
4
|
4
7
10
16
28
52
100
196
388
|
0,4
0,7
1
1,6
2,8
5,2
10
19,6
38,8
|
0,39
0,72
1
1,52
1,5 – 5,3
5,2
9,54
19,19
30,07
|
Untuk
perhitungan jaraknya:
d = (n + 4)/10
d
= jarak rata-rata planet ke Matahari dalam satuan AU atau SA
n
= angka dari deret yang bersesuaian dengan suatu planet
0 comments:
Post a Comment