Platyhelminthes adalah cacing berbentuk pipih,
triploblastik, dan aselomata.
Cara Hidup dan Habitat
Platyhelminthes
hidup bebas di air laut, air tawar, atau tempat yang lembap dengan cara memakan
sisa organisme dan tumbuhan atau hewan kecil. Ada cacing yang hidup sebagai
endoparasit atau parasitdi dalam tubuh inang. Namun ada pula yang hidup sebagai
ektoparasit dengan memakan lendir dan sel-sel di permukaan tubuh inang.
Ukuran dan Bentuk Tubuh
Ukuran
tubuh Platyhelminthes bervariasi, mulai kurang dari 1 mm hingga lebih dari 20
m. Bentuk tubuh Platyhelminthes pipih dorsoventral, simetri bilateral, beruas
atau tidak beruas. Platyhelminthes merupakan hewan yang paling primitive di
antara hewan bilateral lainnya.
Struktur Tubuh Platyhelminthes |
Struktur dan Fungsi
Tubuh
Tubuh
Platyhelminthes terdiri atas tiga lapisan embrionik. Tubuhnya aselomata atau
tidak memiliki rongga tubuh. Ada Platyhelminthes yang sudah memiliki sistem
pencernaan maknaan, terutama yang hidup bebas. Platyhelminthes tidak memiliki
sistem pernapasan dan sistem peredaran darah, sehingga pertukaran dan
transportasi zat terjadi secara difusi. Sistem saraf Platyhelminthes berupa
beberapa pasang benang saraf. Alat ekskresi masih sangat sederhana, yaitu
berupa saluran bercabang yang berakhir pada flame
cell atau sel api. Alat indera berupa bintik mata untuk mendeteksi adanya
sinar dan sel kemoreseptor.
Struktur Tubuh Platyhelminthes |
Cara Reproduksi
Platyhelminthes
bereproduksi secara seksual, aseksual, atau keduanya. Pada umumnya
Platyhelminthes bersifat hermafrodit karena memiliki testis dan ovarium. Reproduksi
aseksual Platyhelminthes dilakukan dengan cara fragmentasi.
Klasifikasi
Turballaria
Hampir
semuanya hidup bebas di alam. Sebagian besar hidup di dasar laut, pasir,
lumpur, atau di bawah batu karang. Ada pula yang hidup bersimbiosis dengan
ganggang, serta bersimbiosis komensalisme di rongga mantel Mollusca dan di
insang Crusticeae. Beberapa jenis Turbellaria hidup parasit di usus Mollusca
dan di rongga tubuh Echinodermata.
Bentuk
tubuh Turbellaria pada umumnya lonjong hingga panjang, pipih dorsoventral, dan
tidak beruas. Ukuran tubuh antara 0.5 mm-60 cm, namun sebagian besar berukuran
sekitar 1 cm. Sisi-sisi kepala melebar membentuk tentakel yang disebut aurikel.
Pada bagian ventral, terdapat silia untuk merayap. Tubuhnya ditutupi epidermis
yang berlendir. Lendir ini berfungsi untuk melekat dan membalut mangsanya.
Turbellaria memiliki rhabdite pada lapisan epidermisnya, berupa struktur
seperti batang yang dihasilkan saat sekresi mukus dan berfungsi untuk
pertahanan diri.
Turbellaria
memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut, faring, dan rongga
gastrovaskuler yang disebut enteron atau usus. Dinding ususnya hanya terdiri
atas satu lapisan sel fagosit dan sel kelenjar. Dinding ususnya mengalami
pelebaran lateral guna memperluas penyerapak sari makanan. Turbellaria tidak
memiliki anus.
Sistem
sarafnya bervariasi, ada yang berbentuk jala saraf, ada pula yang berbentuk
benang saraf. Turbellaria memiliki sepasang atau lebih bintik mata. Pada
umumnya Turbellaria menunjukkan gerak fototaksis nehatif. Turbellaria juga
memiliki indera peraba berupa sel kemoreseptor.
Alat
ekskresi berupa protonefridia, berbentuk saluran bercabang yang berakhir pada flame bulb atau flame cell. Sel api berbentuk seperti bola lampu yang di dalamnya
terdapat beberapa silia. Sisa metabolisme berupa ammonia yang dikeluarkan
secara difusi melalui permukaan tubuh.
Turbellaria
bereproduksi secara aseksual, seksual, atau keduanya. Pada umumnya hermafrodit,
tapi ada pula yang tidak hermafrodit. Reproduksi seksualnya secara mutual,
yaitu dua individu saling bertukar sperma untuk membuahi ovum pada individu
pasangannya. Reproduksi aseksualnya secara pertunasan atau membelah diri.
Terdapat
sekitar 3.000 spesies Turbellaria, antara lain Symsagittifera roscoffensis, Mesostoma, Dugesia, Bipalium, dan Leptoplana.
Turbellaria |
Monogenea
Monogenea
hidup ektoparasit pada ikan, amfibi, dan reptile. Cacing ini memakan lendir dan
sel permukaan tubuh inang. Cacing dewasa berukuran 0,2-0,5 mm. Pada umumnya,
monogenea bersifat hermafrodit dan mengalami pembuahan sendiri. Cacing ini
memiliki alat penempek pada bagian anterior yang disebut prohaptor dan
opistator di bagian posterior. Opistator dilengkapi dengan duri, kait, jangkar,
atau alaat pengisap, dan biasanya lebih
sering digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Misalnya Gyrodactylus salaris.
Monogenea |
Struktur Tubuh Monogenea |
Trematoda
Disebut
juga cacng isap atau flukes. Tubuhnya
berbentuk lonjong hingga panjang yang dilapisi kutikula. Cacing dewasa
berukuran 0,2 mm-6 cm. Trematoda hidup endoparasit pada ikan, amfibi, reptil,
burung, mamalia, juga manusia. Namun ada pula yang ektoparasit. Pada daur
hidupnya, Trematoda memiliki inang utama sebagai tempat hidup saat dewasa dan
inang perantara sebagai tempat hidup larvanya. Trematoda memiliki satu atau dua
alat pengisap untuk menempel pada tubuh inang. Contohnya cacing hati pada hewan
ternak herbivora (Fasciola hepatica),
cacing hati pada manusia (Clonorchis
sinensis), dan blood flukes (Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni).
Struktur Tubuh Trematoda |
Trematoda |
Siklus Hidup Fasciola hepatica |
Cestoda
Cestoda
atau cacing pita hidup parasit di usus vertebrata. Tubuh cacing pita ditutupi
oleh kutikula, tidak memiliki mulut dan alat pencernaan, serta tidak memiliki
alat indera. Tubuh cacing dewasa terdiri atas kepala (skoleks), leher pendek (strobilus), dan proglotid. Skoleks
dilengkapi alat pengisap atau sucker dan
alat kait atau rostellum untuk
melekat pada organ tubuh inang. Lehernya merupakan daerah pertunasan, dengan
cara strobilasi menghasilkan strobilus berupa serangkaian proglotid dengan
jumlah mencapai 1.000 buah. Proglotid yang terdekat dengan leher adalah
proglotid termuda. Setiap proglotid memiliki alat kelamin jantan maupun betina.
Pembuahan dapat terjadi dalam satu proglotid maupun antarproglotid dari
individu yang sama maupun berbeda. Telur yang sudah dibuahi akan memenuhi
uterus yang bercabang-cabang, sedangkan organ lainnya berdegenerasi. Proglotid
yang mengandung telur akan terlepas bersama tinja. Daur hidup cacing pita
membutuhkan satu atau dua inang perantara.
Struktur Tubuh Cestoda |
Peranan
-
Gyrodactus
salaris (Salmon fluke), kelas
Monogenea, menyerang ikan di kolam pembenihan.
- Schistosoma
mansoni (blood flukes),
menyebabkan skistosomiasis, yang menyebabkan terjadinya pendarahan saat
mengeluarkan feses, kerusakan hati, gangguan jantung dan limpa, serta gangguan
ginjal. Penyakit ini disebut juga demam keong karena perantaranya merupakan
keong Oncomelania hupensis lindoensis.
- Taenia
saginata, Taenia solium, dan Dibothriocephalus,kelas
Cestoda hidup parasit di usus manusia.
0 comments:
Post a Comment