A.
Ciri-ciri dan Sifat
Umum
Jaringan epitel tersusun atas sel-sel sejenis yang
membalut permukaan organ membentuk tubulus (saluran) maupun cavum (rongga).
Epitel terdisi dari kumpulan sel yang sangat
rapat dengan substansi interseluler yang sangat sedikit.
Jaringan epitel tidak ditembus oleh pembuluh darah,
sehingga nutrisi epitel bergantung pada difusi
metabolit melalui membrana basalis. Kebanyakan jaringan epitel menerima
ujung-ujung saraf dari suatu jaringan saraf yang luas.
Jaringan epitel umumnya memilki struktur stabil yang
selnya terus diperbarui/mengalami proliferasi
oleh aktivitas mitosis. Aktivitas ini berlangsung dengan waktu yang bervariasi
antara 2 – 50 hari
bergantung pada jenis dan lokasi jaringan epitel.
Dalam keadaan fisiologi tertentu, jaringan epitel dapat
mengalami transformasi menjadi jenis epitel lain. Proses ini disebut metaplasia yang bersifat reversibel.
Jaringan epitel melekat erat pada jaringan di bawahnya,
jaringan ini dinamakan membrana basalis.
Membrana basalis bersifat amorf dan mengandung kolagen tipe IV. Membrana basalis tidak dapat
ditembus oleh pembuluh darah dan limfe, bersifat permeabel sehingga dapat
dilalui zat makanan melalui proses difusi. Membrana basalis tersusun oleh:
1. Lamina
basalis, lapisan di bawah sel epitel setebal 500 – 800 A, terdiri atas filamen tipis dengan diameter
30 – 40 A
berbentuk anyaman dan berhubungan langsung dengan membran dasar sel epitel.
Ketebalan lamina basalis bervariasi antara 50 – 80 nm.
2. Lamina
fibroretikularis, serabut-serabut kecil sebagai serabut retikuler/fibril
kolagen yang membentuk kompleks dengan protein polisakarida amorf di sebelah
luar lamina basalis.
B.
Fungsi
Jaringan epitel memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menutupi dan
melapisi permukaan, misalnya epitel kulit
2. Absorpsi,
misalnya epitel usus dan nefron
3. Sekresi,
misalnya epitel kelenjar
4. Ekskresi,
misalnya epitel kelenjar keringat
5. Sensori,
misalnya neuroepitel
6. Kontraktil,
misalnya mioepitel
7. Transportasi,
misalnya epitel paru-paru
8. Reproduksi,
misalnya epitel uterus
9. Proteksi,
misalnya epitel ureter dan kulit
C.
Tautan Antar Sel pada
Jaringan Epitel
Tautan antar sel pada jaringan epitel ada dua macam,
yaitu junctio intercellularis simplex,
dan junctio intercellularis complex.
Junctio intercellularis simplex berupa gambaran seupa
jari-jari yang saling terjalin yang berfungsi memperluas dan memperkuat
perlekatan antar sel, disebut juga junctio
intercellularis digitiformis.
Junctio intercellularis complex merupakan bangunan yang
cukup kompleks disebut junctional
complex, yaitu zonula occludens (tight junction), zonula adhaerens (intermediate
junction), macula adhaerens (desmosome), dan nexus (gap junction).
Zonula
occludens atau tight junction
terletak pada permukaan epitel dengan celah antara 2 sel sangat sempit karena
membran sel melebur. Tight junction
berfungsi untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang dibatasi oleh
epitel sehingga pengangkutan bahan dari lumen berlangsung melalui permukaan
bebas sel.
Zonula
adhaerens atau intermediate junction
terletak di bawah tight junction
dengan celah antar sel sebesar 150 A dan terisi oleh polisakarida padat. Intermadiate junction berfungsi untuk
perlekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain dan
membantu transportasi zat.
Macula
adhaerens atau desmosome terletak
di bawah intermediate junction
biasanya berbentuk bulat atau oval, memberikan kesan bahwa dua sel yang
berdekatan menempel satu sama lain. Pada daerah tersebut terdapat celah sebesar
200 – 250 A.
Sitoplasma sel di sekitar perlekatan mengandung filamen dan terdapat bahan
glikoprotein pada celah ekstraseluler. Desmosome
berfungsi sebagai tempat penempelan mekanik antara dua sel yang berdekatan.
Nexus atau gap junction memiliki kategori hubungan
komunikasi antar sel. Sel ini banyak memiliki mikrofilamen kontraktil dan
mengakibatkan lebar celah antar sel dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
pertukaran zat melalui dinding kapiler.
D.
Macam-macam Jaringan
Epitel
Jaringan epitel dapat dibedakan berdasarkan fungsinya
menjadi 2 bagian, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. Epitel penutup berfungsi untuk menutupi
permukaan luar atau melapisi permukaan dalam, terlibat dalam proses proteksi,
absorpsi, sekresi, ekskresi, digesti, sensasi, dan kontraktilitas.
Epitel penutup dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan
struktur jaringan menjadi delapan kelompok sebagai berikut:
1. Epitel transisional, dapat
mengalami perubahan struktur seiring dengan tekanan yang ada di sekitar
jaringan epitel. Misalnya pada ureter dan bagian dalam ginjal. Pada saat ureter
penuh dengan urine, epitel transisional akan berbentuk pipih dan menipis,
sedangkan pada saat ureter kosong dari urine, epitel transisional akan
berbentuk kubus dan menebal. Epitel ini juga membentuk penghalang impermeabel
sehingga urine tidak dapat menembus dinding ureter.
2. Epitel silindris berderet, memiliki
tinggi sel yang berbeda-beda dengan inti sel yang berbeda tinggi maupun
bentuknya, epitel ini terdapat pada bagian dalam saluran pernapasan dan
berfungsi untuk mengeluarkan debu yang terperangkap pada lendir paru-paru.
Epitel ini umumnya bersilia. Epitel bersilia non motil ditemukan pada duktus
epididimis dan duktus deferen, sedangkan epitel bersilia motil ditemukan pada
saluran pernapasan.
3. Epitel silindris berlapis, berperan
dalam sekresi. Epitel ini terletak pada lapisan konjungtiva (lapisan yang
selalu basah karena lendir) misalnya pada dinding dalam kelopak mata, uretra,
faring, dan laring. Epitel silindris berlapis ada yang bersilia misalnya pada
permukaan nasal palatum molle dan sebagian laring, ada pula yang tidak bersilia
misalnya pada pars cavernosa uretra jantan dan epiglotis.
4. Epitel kubus berlapis, terletak
pada kelenjar keringat, kelenjar minyak, ovarium pada masa pertumbuhan, dan
sel-sel pada tubulus seminiferus. Epitel ini berperan dalam fungsi sekresi.
5. Epitel pipih berlapis, merupakan
epitel yang paling tebal dan paling mendukung fungsi perlindungan. Epitel ini
terletak pada epidermis kulit, bagian dalam mulut, esofagus, dan vagina. Epitel
pipih berlapis ada dua jenis yaitu yang tanpa tanduk terdapat pada rongga
mulut, vagina, dan esofagus; serta epitel pipih berlapis bertanduk yang
terdapat pada epidermis kulit.
6. Epitel silindris selapis, memiliki
inti sel yang cenderung terletak ke arah bawal sel sehingga pada permukaan sel
tamak daerah sitoplasma yang tak berinti. Epitel ini berfungsi dalam gerakan
aktif molekul seperti absorpsi, sekresi, dan transpor ion. Epitel ini terdapat
pada saluran pencernaan, saluran reproduksi wanita, kantung empedu, kantung
kemih, dan saluran pernapasan bagian atas. Epitel silindris selapis ada yang
dilengkapi mikrovili seperti pada epitel usus halus, ada pula yang dilengkapi
kinosilia atau silia motil seperti pada tuba fallopi dan permukaan uterus.
7. Epitel kubus selapis, dengan
masing-masing sel memiliki sudut dan berinti bulat terletak di tengah. Epitel
ini berperan dalam sekresi dan absorpsi. Epitel kubus selapis terdapat pada
saluran kelenjar ludah, kelenjar keringat, saluran pada ginjal, kelenjar
tiroid, germinal epitelium pada ovarium, permukaan dalam lensa mata, dan epitel
berpigmen retina. Pada beberapa tempat, epitel ini memiliki mikrovili, misalnya
pada tubulus ginjal.
8. Epitel pipih selapis, membentuk
gambaran mozaik dengan batas sel bergelombang. Epitel pipih selapis merupakan
epitel dengan tipe tipis dan bersifat permeabel untuk dilalui molekul atau ion
terlarut secara difusi, misalnya pada proses pertukaran gas dan proses filtrasi
darah dalam pembentukan urine. Epitel pipih selapis terdapat pada dinding
kapiler, alveolus, lapisan parietal kapsula bowman, dan bagian dari lengkung
henle. Epitel pipih selapis ada yang bersifat licin untuk meminimalkan gesekan
pada organ sirkulasi seperti pembuluh darah, pembuluh limfa, dan jantung, atau
untuk melapisi organ pencernaan, membran paru-paru, dan membran jantung.
Epitel
kelenjar, berfungsi dalam proses sekresi baik secara endokrin, eksokrin,
maupun endo-eksokrin. Epitel kelenjar dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan
strukturnya, sebagai berikut:
1. Epitel tubular sederhana, pada kelenjar usus
besar.
2. Epitel tubular bergelung sederhana, pada
kelenjar keringat.
3. Epitel tubular bercabang sederhana, pada
kelenjar lambung dan uterus.
4. Epitel tubulo-alveolar sederhana, pada
kelenjar submandibularis dan duodenalis brunneri.
5. Epitel alveolar sederhana, pada kelenjar
sebasea kulit.
6. Epitel alveolar bercabang sederhana, pada
kelenjar meibomi kelopak mata.
7. Epitel tubular majemuk, pada kelenjar brunner
usus halus.
8. Epitel alveolar majemuk, pada kelenjar susu.
9. Epitel tubulo-alveolar majemuk, pada kelenjar
ludah.
Epitel kelenjar juga dapat dibedakan berdasarkan cara
membuat sekret menjadi tiga kelompok, sebagai berikut:
1. Holokrin, seluruh sel epitel kelenjar akan
menjadi sekret misalnya pada kelenjar lemak yang menghasilkan sebum.
2. Apokrin, sebagian sel akan hancur menjadi
sekret misalnya pada kelenjar mammae, kelenjar prostat, dan kelenjar keringat
aksila.
3. Merokrin, sel pada kelenjar tidak mengalami
perubahan dengan lumen kelenjar tetap teratur misalnya pada kelenjar
submaksilaris, kelenjar sublingualis, dan kelenjar parotis.
Epitel kelenjar berdasarkan jenis sekret yang dibentuk,
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Kelenjar serosa, menghasilkan sekret jernih dan
encer, memiliki sel yang tampak gelap dengan inti bulat, misalnya pada kelenjar
parotis dan pankreas.
2. Kelenjar mukosa, menghasilkan sekret licin dan
kental, memiliki sel yang tampak pucat dan berinti lonjong, misalnya pada
kelenjar weber, kelenjar brunner, dan kelenjar labialis.
3. Kelenjar sero-mukosa, menghasilkan sekret yang
mengandung bagian serosa dan mukosa, sel serosa menempel pada bagian sel mukosa
berupa bentukan bulan sabit, misalnya pada kelenjar sublingualis dan
dubmaksilaris.
E.
Epitel Khusus
Terdapat beberapa epitel yang dilengkapi dengan
struktur khusus untuk menunjang fungsinya. Epitel-epitel khusus tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Epitel bersilia, ada yang memiliki silia motil
(kinosilia) yang bergerak sendiri
misalnya spermatozoa dan bergerak oleh adanya zat lain misalnya pada oviduk,
ada pula epitel yang memiliki silia non motil (stereosilia) misalnya mikrovili pada duktus epididimis yang
berfungsi memperluas permukaan skretorik.
2. Neuroepitelium, mengalami diferensiasi
sehingga dapat menghantarkan impuls, memiliki rambut seperti silia.
Neuroepitelium terdapat pada organ pengecap dan epitel olfaktorius.
3. Epitel berpigmen, berfungsi dalam penangkapan
sinar, misalnya pada retina mata.
4. Myoepitelium, mengandung myofibril (serabut
otot) sehingga dapat berkontraksi, sel ini dianggap ikut membantu memeras
sekret keluar dari kelenjar. Disebut juga sel keranjang karena memiliki
tonjolan sitoplasma yang panjang mengelilingi pars sekretoria membentuk anyaman
serupa keranjang.
5. Endotelium, berbentuk pipih selapis, menjadi
dinding terdalam dari pembuluh darah dan limfe, berfungsi sebagai media
pertukaran zat antara pembuluh darah dengan ruang jaringan ikat.
6. Mesotelium, membatasi rongga tubuh yang besar
yang juga menutupi beberapa organ tertentu misalnya melapisi peritoneum,
pleura, dan perikardium.
7. Retikuler epitelium, membentuk
jala/retikuler, misalnya pada timus dan organ-organ pembentuk darah.
8. Synsisium, epitel dengan batas sel mengabur
misalnya pada vili choriales plasenta.
F.
Modifikasi Permukaan
Sel Epitel
Permukaan sel epitel dapat mengalami modifikasi untuk
berbagai fungsi. Modifikasi permukaan sel epitel dapat terjadi pada permukaan
lateral, permukaan basal, maupun permukaan apex sel epitel.
Modifikasi permukaan lateral sel epitel membentuk tautan atau perlekatan antar sel
epitel. Modifikasi permukaan basal sel
epitel dapat berupa membrana basalis, invaginasi basal, vaceolae, dan hemidesmosome.
Invaginasi
basal sel epitel merupakan bagian basal membran yang terlihat
berkelok-kelok dan berfungsi untuk memperluas permukaan sekresi dan absorpsi,
misalnya pada sel-sel tubulus ginjal. Caveolae
pada bagian basal dari sel membentuk bangunan seperti tonjolan ke dalam. Hemidesmosome merupakan bentukan pada
bagian dasar sel epitel yang berlekatan dengan jaringan ikat di bawahnya yang
bentuknya menyerupai desmosome namun hanya separuh.
Modifikasi pada permukaan apex sel epitel dapat berupa (1)
mikrovili untuk memperluas
permukaan, dapat berupa stereosilia maupun kinosilia, (2) krusta, atau pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas sel
epitel untuk melindungi sel terhadap pengaruh kimia di lingkungan luar sel, dan
(3) kutikula, yaitu bahan yang disekresikan
sel epitel sebagai kerak di luar sel epitel. Kutikula dapat ditemukan sebagai kapsula lentis.