Oleh karena
penganiayaan selama seribu tahun ini terpisah dan tersebar luas, kita hanya memiliki
sedikit catatan tentang orang-orangyang menjadi martir bagi Kristus. Namun, masing-masing
menceritakan kisah penderitaan dan kesengsaraan yang sama, dan pada akhirnya kematian
karena kasih mereka kepada Tuhan dan iman kepada-Nya. Tentu saja Dia tetap menyertai
mereka tidak peduli di mana pun mereka menderita, memberikan kekuatan dan kesabaran
kepada mereka untuk bertahan sampai mereka masuk kemuliaan yang kekal, seperti halnya
Dia bertahan dan sekarang menunggu semua orang yang mati dalam nama-Nya dengan tangan
terbuka. Di bawah ini ada beberapa kisah dan tempat mereka meninggal.
a)
Persia:
Sekitar 320 M
Banyak orang
di Persia adalah penyembah dewa matahari dan ketika Injil mulai disebarkan ke negara
itu, imam kafir mereka menjadi khawatir bahwa mereka akan kehilangan pengaruh yang
telah mereka miliki atas kehidupan orang-orang. Jadi, mereka mengeluh kepada raja
mereka, Sapores, bahwa orang-orang Kristen adalah musuh-musuh negara dan berkomunikasi
dengan orang-orang Romawi, yang merupakan musuh Per¬sia yang dibenci. Hampir setiap
perang dengan Romawi selalu berakhir dengan tragis bagi orang-orang Persia. Sapores
segera memerintahkan agar orang-orang Kristen dianiaya di seluruh kekaisarannya.
Jadi, banyak tokoh di gereja dan pemerintahan di Persia yang saleh segera ditangkap
dan dibunuh sebagai martir.
Ketika Kaisar
Konstantinus diberi tahu ten tang penganiayaan di Persia, ia me¬nulis surat kepada
Sapores dan memberi tahu bahwa orang yang menganiaya orang-orang Kristen akan selalu
mengalami tragedi dan orang-orang yang memperlakukan mereka dengan baik akan mengalami
kesuksesan besar. Ia menceritakan kemenangan-kemenangannya sendiri atas pesaingnya
sesama kaisar Romawi dan berkata, “Saya mengalahkan mereka dengan iman kepada Kristus
semata, dan karena iman ini, Allah menolong saya dalam setiap peperangan dan membuat
saya berkemenangan. Ia juga memperluas kekaisaran saya dari Laut Barat sampai bagian
terjauh di Timur. Untuk mendapatkan semua ini, saya tidak pernah mempersembahkan
kurban kepada ilah-ilah kuno atau menggunakan seni sihir apa pun. Saya hanya berdoa
kepada Allah yang Mahatinggi dan mengikuti salib Kristus yang diberikan kepada saya
sebagai panji saya. Perhatikan semua ini sebab saya akan bersukacita jika kamu juga
berlimpah dalam kemuliaan karena kamu memperlakukan orang-orang Kristen dengan baik;
dan kamu dan saya serta kamu dan mereka, bisa menikmati kedamaian yang langgeng.”
Akibat imbauan
Konstantinus, penganiayaan di Persia berakhir untuk sementara, tetapi diulangi bertahun-tahun
sesudahnya ketika penguasa yang tidak bersimpati terhadap kekristenan menjadi raja
di Persia.
b)
Mesir:
Sekitar 325-340 M
Sekitar tahun
318 M, Arius, seorang imam Kristen di Alexandria, Mesir, menerbitkan doktrin yang
menyatakan bahwa Yesus Kristus hanya ciptaan semata yang tidak ada dari kekekalan
dan karena itu tidak sejajar dengan Allah. Untuk mengatasi doktrin ini, Konstantinus
mengimbau diadakan Konsili Ekumenikal (dari kata Yunani ‘oikumenos’, keluarga
Allah) di Nicaea. Konsili mengutuk Arius dan pengajarannya, yang sekarang disebut Arianisme serta menyatakan
kesetaraan yang sempurna antara Bapa dengan Anak; dan Bapa dan Anak terdiri dari
“satu zat.”
Meskipun sudah
ada keputusan konsili, masalah Arianisme belum terselesaikan. Kaisar Konstantinus
II, anak Konstantinus, mendukung Arianisme setelah kematian ayahnya, demikian juga
Valens, satu di antara penerusnya, yang berbagi kekuasaan kekaisaran dengan saudaranya,
Valentinian I, yang mengangkatnya menjadi kaisar di Timur. Dengan bertakhtanya Konstantinus
II, kaum Arian meningkat kekuasaannya dan mulai menganiaya orang-orang Kristen Ortodoks;
maksudnya, orang-orang Kristen yang berpegang pada iman ten tang keilahian Kristus.
Athanasius, bapa Yunani dari Alexandria, yang adalah pembela ortodoksi Kristen terhadap
Arianisme dan banyak Uskupnya dibuang dari Alexandria dan posisi mereka diisi oleh
kaum Arian.
Komandan pasukan
Romawi di Mesir, Artemius, yang mengaku sebagai seorang Kristen, dicopot jabatannya,
kemudian harta miliknya kemudian kepalanya.
c)
Romawi:
361 M
Pada tahun 361
M, Konstantinus II mati, digantikan oleh Julian, yang memerintah sebagai kaisar
Romawi selama dua tahun. Meskipun dibesarkan dalam iman Kristen, Kaisar Julian menyangkal
kekristenan dan menyatakan bahwa ia seorang kafir, ia akan menghidupkan kembali
agama Romawi. Ia tidak membuat keputusan publik menentang kekristenan, tetapi memulihkan
penyembahan berhala dan memanggil kembali semua orang kafir yang diasingkan. Meskipun
ia mengizinkan kebebasan praktik agama kepada siapa pun, ia melarang orang-orang
Kristen memegangjabatan pemerintah atau militer dan mencabut kembali hak-hak yang
diberikan Konstantinus kepada imam. Uskup Arezzo di Italia, Donatus, pertapa,
Hilarinus, dan hakim Romawi, Gordian disiksa dan dieksekusi.
d)
Ancyra
atau Ankara, Turki: 362 M
Di kota bagian
timur Ancyra, Uskup Basil dimasukkan ke dalam penjara karena menentang kekafiran
dengan gigih. Ketika ia berada di penjara, Kaisar Julian datang ke Ancyra lalu menyuruh
Basil diperhadapkan kepadanya, memutuskan bahwa ia akan memeriksa Basil sendiri.
Selama pemeriksaan, Julian melakukan segala sesuatu yang bisa ia lakukan untuk meyakinkan
uskup itu untuk menghentikan kegiatan menentang orang-orang kafir, tetapi Basil
tidak menjadi lunak kemudian menubuatkan kematian Kaisar dan berkata bahwa ia akan
disiksa dalam kekekalan. Julian menjadi marah ketika mendengar hal ini dan memerintahkan
agar daging Basil dicabik setiap hari di tujuh temp at berbeda sampai kulit dan
dagingnya tidak memiliki tempat yang tidak robek. Namun sebelum hal itu terjadi,
Basil sudah meninggal karena luka-lukanya yang sangat parah. Hal itu terjadi pada
28 Juni 362.
e)
Palestina:
363 M
Tidak ada catatan
yang tertinggal tentang orang-orang yang menjadi martir di Palestina. Kita hanya
tahu secara umum bagaimana cara mereka menyerahkan hidup mereka kepada Kristus.
Banyak orang yang dibakar hidup-hidup, beberapa orang diseret di jalan-jalan dalam
keadaan telanjang sampai mereka mati karena kehilangan darah atau sakit yang hebat,
yang lain direbus sampai mati atau dilempari batu dan banyak orang yang dipukuli
kepalanya sampai otaknya keluar.
f)
Alexandria:
Sekitar 363 M
Di Alexandria
orang-orang Kristen yang menjadi martir begitu banyak jumlahnya sehingga sulit dihitung.
Mereka dibunuh dengan pedang, dibakar, disalibkan, dan dilempari batu. Beberapa
orang perutnya dibe1ah terbuka dan dimasuki butir-butir gandum. Babi-babi kemudian
dilepaskan ke arah mereka supaya makan butir-butir gandum itu dan usus mereka. Berapa
lama martir itu hidup selama penyiksaan tentu saja tergantung pada rasa lapar babi-babi
itu.
g)
Thrace:
Sekitar 363 M
Seorang Kristen
bernama Emilianus dibakar di tiang dan seorang yang bernama Domitius,
disembelih dengan pedang di gua tempat ia berusaha bersembunyi dari para penganiaya.
Kaisar Julian
mati pada tahun 363 M karena luka-luka dalam peperangan di Persia, dan digantikan
oleh Jovian, yang melaku¬kan perdamaian dengan Persia dengan memberikan semua wilayah
Romawi di seberang Sungai Tigris. Jovian hanya memerintah selama satu tahun dan
memulihkan kedamaian sementara kepada gereja. Pada tahun 364 M Valentian I menjadi
kaisar Romawi di Barat dan memerintah bersama saudaranya Valens di Timur. Valens
adalah penganut Arian dan sekali lagi gereja yang sejati mengalami penganiayaan.
Valenti an I memerintah di Barat dari 364 sampai 375 dan Valens memerintah di Timur
dari 364 sampai 378. Ia terbunuh pada tahun 378 M dalam peperangan me1awan Visigoth
(Goth Timur) dekat kota Adrianople.
Dicatat bahwa
banyak orang Goth adalah orang Kristen; kekristenan te1ah tersebar di antara mereka
me1alui seorang Goth yang bertobat, seorang sarjana saleh bernama Ulfilas.
Se1ama lebih dari 40 tahun ia bekerja, pertama-tama membuat abjad Gothik sehingga
ia bisa menerjemahkan Alkitab kemudian mengajar umatnya iman kepada Kristus.
h)
Alexandria:
386 M
Kaisar memberi
otoritas kepada George, Uskup Alexandria yang menganut Arianisme untuk menganiaya
orang Kristen sejati di kota itu. Uskup mulai melakukannya dengan kekejaman yang
luar biasa. Beberapa pemimpin pemerintahan, jenderal pasukan Mesir dan pejabat Romawi
tingkat tinggi ikut membantunya. Selama penganiayaan, imam ortodoks diusir dari
Alexandria dan gereja-gereja mereka ditutup. Kedahsyatan hukuman yang dikenakan
pada orang-orang Kristen sarna besarnya seperti hal yang dilakukan oleh orang-orang
kafir, jika orang Kristen melarikan diri dari penganiayaan, se1uruh keluarganya
dieksekusi dan harta bendanya dirampas.
i)
Spanyol:
586 M
Hermenigildus adalah anak laki -laki tertua
Leovigildus, Raja Goth. Awalnya ia seorang Arian, tetapi kemudian bertobat pada
iman ortodoks karena istrinya yang saleh, Ingonda. Ketika ayahnya mendengar ten
tang pertobatannya, ia memindahkannya sebagai gubernur Seville di barat daya Spanyol
dan mengancam untuk mengeksekusinya kecuali ia menyangkal imannya kepada Kristus.
Untuk mencegah
eksekusinya, Hermenigildus mengumpulkan tentara orang-orang percaya ortodoks di
seke1ilingnya, yang akan berperang baginya. Oleh karena pemberontakan Hermenigildus,
raja memulai penganiayaan terhadap orang percaya yang sejati dan memimpin tentara
yang kuat ke Seville. Hermenigildus pertama bersernbu¬nyi di Seville sendiri kemudian
ketika peperangan bertambah hebat, ia me1arikan diri ke Asieta [kota yang tidak
dikenal], tempat ia ditangkap sete1ah dikepung untuk sesaat.
Dikurung dalam
kurungan dan dirantai, Hermenigildus dibawa kembali ke Seville yang pada perayaan
Paskah ia menolak untuk menerima hosti komuni dari Uskup Arian dan dengan perintah
dari ayahnya ia segera dicincang oleh penjaganya. Hal ini terjadi pada 13 April
586.
j)
Lombardy
(Italia): 683 M
Uskup kota Bergamo
di wilayah Lombardy, yang bernama John, menggabungkan pasu¬kannya dengan
pasukan Uskup Milan untuk menghapuskan kesalahan Arianisme dari gereja. Mereka bersama-sama
semakin sukses dalam me1awan bidat sampai john dibunuh pada 11 Juli 683.
k)
Jerman:
689 M
Kiffien, seorang Uskup Romawi yang
saleh, yang berkhotbah kepada orang-orang kafir di Franconia, Jerman. Di Wurzburg
ia mempertobatkan gubernur, Gozbert, yang kesaksiannya begitu saleh sehingga dalam
selang waktu dua tahun hal itu mengilhami sebagian besar penduduk kota itu untuk
bertobat. Pada 689 M, Kiffien meyakinkan gubernur bahwa pernikahannya dengan janda
saudaranya adalah berdosa. Oleh karena itu janda itu menyuruh ia dipenggal kepalanya.
l)
Spanyol:
850 M
Lahir di Corduba,
Spanyol, dan dibesarkan dalam iman Kristen, Perfectus menjadi orang yang
sangat cerdas dan membaca semua buku yang bisa ia baca. Ia juga terkenal karena
kesalehannya yang luar biasa. Ketika ia masih muda, ia ditetapkan sebagai imam dan
me1akukan tugasnya dengan gaya yang sangat mengagumkan. Pada tahun 850 M, ia dengan
terbuka menyatakan bahwa seorang nabi daerah Asia Barat Daya adalah penipu ulung.
Oleh karena itu ia segera dipenggal kepalanya sebab sebagian besar Spanyol te1ah
dikuasai pengikutnya sejak 711 M, setelah mereka mengalahkan orang Visigoth.
m)
Persia:
997 M
Uskup Prague,
Adalbert makin terbeban untuk mempertobatkan orang kafir, jadi ia pergi ke
Persia kemudian mempertobatkan dan membaptis banyak orang. Hal ini membuat imam-imam
kafir sangat marah sehingga mereka menyerangnya dan membunuhnya dengan anak panah
yang panjang.
n)
Polandia:
1079
Bolislaus, yang
adalah raja Polandia kedua, seorang yang ramah, tetapi memiliki hati yang kejam.
Ia segera dikenal atas tindakannya yang sadis. Stanislus, Uskup Cracow di
Sungai Vistula, dengan berani menceritakan kesalahan raja dalam percakapan pribadinya
dengan sang raja dengan harapan bahwa ia dapat menghentikan kekejamannya terhadap
rakyatnya. Meskipun dengan sukarela mengakui besarnya kejahatannya, Bolislaus menjadi
marah karena Uskup itu berulang-ulang mencari kesempatan untuk menegurnya. Bolislaus
tidak memiliki niat untuk berubah, ia justru berusaha mencari kesempatan untuk menyingkirkan
Uskup yang setia kepada tugas-tugas Kristennya.
Suatu hari Bolislaus
mendengar bahwa Uskup itu berada sendirian di gereja yang terdekat dan mengirim
prajurit untuk membunuhnya. Mereka menemukan Uskup ini sendirian, tetapi mereka
takiub melihat hadirat ilahi pada dirinya dan takut untuk membunuhnya. Ketika mereka
melaporkannya kepada raja, ia sangat marah dan merenggut sebilah pisau dari satu
prajuritnya, bergegas ke kapel; dan di sana menusuk Stanislus beberapa kali ketika
orang yang baik itu berlutut di mezbah. Stanislus mati seketika.
Penganiayaan
terhadap orang-orang Kristen terjadi secara tak teratur selama hampir seribu tahun,
tetapi kemudian Iblis sekali lagi mengikatkan dirinya di Romawi dan mengirim para
pekerjanya keluar dalam us aha sistematis lainnya untuk menghancurkan gereja. Hanya
kali ini penganiayaan tidak datang dari orang-orang kafir, melainkan dari orang-orang
yang menyebut diri mereka sendiri sebagai orang Kristen dan yang tindakannya yang
penuh kemarahan dan sadis terhadap orang-orang yang berpaut pada iman kepada Kristus,
jauh lebih hebat daripada imajinasi orang-orang kafir yang paling liar.