Penganiayaan Selama Seribu Tahun Masa Damai (Sekitar 320-1079 M)

Oleh karena penganiayaan selama seribu tahun ini terpisah dan tersebar luas, kita hanya memiliki sedikit catatan tentang orang-orangyang menjadi martir bagi Kristus. Namun, masing-masing menceritakan kisah penderitaan dan kesengsaraan yang sama, dan pada akhirnya kematian karena kasih mereka kepada Tuhan dan iman kepada-Nya. Tentu saja Dia tetap menyertai mereka tidak peduli di mana pun mereka menderita, memberikan kekuatan dan kesabaran kepada mereka untuk bertahan sampai mereka masuk kemuliaan yang kekal, seperti halnya Dia bertahan dan sekarang menunggu semua orang yang mati dalam nama-Nya dengan tangan terbuka. Di bawah ini ada beberapa kisah dan tempat mereka meninggal.

a)      Persia: Sekitar 320 M
Banyak orang di Persia adalah penyembah dewa matahari dan ketika Injil mulai disebarkan ke negara itu, imam kafir mereka menjadi khawatir bahwa mereka akan kehilangan pengaruh yang telah mereka miliki atas kehidupan orang-orang. Jadi, mereka mengeluh kepada raja mereka, Sapores, bahwa orang-orang Kristen adalah musuh-musuh negara dan berkomunikasi dengan orang-orang Romawi, yang merupakan musuh Per¬sia yang dibenci. Hampir setiap perang dengan Romawi selalu berakhir dengan tragis bagi orang-orang Persia. Sapores segera memerintahkan agar orang-orang Kristen dianiaya di seluruh kekaisarannya. Jadi, banyak tokoh di gereja dan pemerintahan di Persia yang saleh segera ditangkap dan dibunuh sebagai martir.
Ketika Kaisar Konstantinus diberi tahu ten tang penganiayaan di Persia, ia me¬nulis surat kepada Sapores dan memberi tahu bahwa orang yang menganiaya orang-orang Kristen akan selalu mengalami tragedi dan orang-orang yang memperlakukan mereka dengan baik akan mengalami kesuksesan besar. Ia menceritakan kemenangan-kemenangannya sendiri atas pesaingnya sesama kaisar Romawi dan berkata, “Saya mengalahkan mereka dengan iman kepada Kristus semata, dan karena iman ini, Allah menolong saya dalam setiap peperangan dan membuat saya berkemenangan. Ia juga memperluas kekaisaran saya dari Laut Barat sampai bagian terjauh di Timur. Untuk mendapatkan semua ini, saya tidak pernah mempersembahkan kurban kepada ilah-ilah kuno atau menggunakan seni sihir apa pun. Saya hanya berdoa kepada Allah yang Mahatinggi dan mengikuti salib Kristus yang diberikan kepada saya sebagai panji saya. Perhatikan semua ini sebab saya akan bersukacita jika kamu juga berlimpah dalam kemuliaan karena kamu memperlakukan orang-orang Kristen dengan baik; dan kamu dan saya serta kamu dan mereka, bisa menikmati kedamaian yang langgeng.”
Akibat imbauan Konstantinus, penganiayaan di Persia berakhir untuk sementara, tetapi diulangi bertahun-tahun sesudahnya ketika penguasa yang tidak bersimpati terhadap kekristenan menjadi raja di Persia.

b)      Mesir: Sekitar 325-340 M
Sekitar tahun 318 M, Arius, seorang imam Kristen di Alexandria, Mesir, menerbitkan doktrin yang menyatakan bahwa Yesus Kristus hanya ciptaan semata yang tidak ada dari kekekalan dan karena itu tidak sejajar dengan Allah. Untuk mengatasi doktrin ini, Konstantinus mengimbau diadakan Konsili Ekumenikal (dari kata Yunani ‘oikumenos’, keluarga Allah) di Nicaea. Konsili mengutuk Arius dan pengajarannya, yang sekarang disebut Arianisme serta menyatakan kesetaraan yang sempurna antara Bapa dengan Anak; dan Bapa dan Anak terdiri dari “satu zat.”
Meskipun sudah ada keputusan konsili, masalah Arianisme belum terselesaikan. Kaisar Konstantinus II, anak Konstantinus, mendukung Arianisme setelah kematian ayahnya, demikian juga Valens, satu di antara penerusnya, yang berbagi kekuasaan kekaisaran dengan saudaranya, Valentinian I, yang mengangkatnya menjadi kaisar di Timur. Dengan bertakhtanya Konstantinus II, kaum Arian meningkat kekuasaannya dan mulai menganiaya orang-orang Kristen Ortodoks; maksudnya, orang-orang Kristen yang berpegang pada iman ten tang keilahian Kristus. Athanasius, bapa Yunani dari Alexandria, yang adalah pembela ortodoksi Kristen terhadap Arianisme dan banyak Uskupnya dibuang dari Alexandria dan posisi mereka diisi oleh kaum Arian.
Komandan pasukan Romawi di Mesir, Artemius, yang mengaku sebagai seorang Kristen, dicopot jabatannya, kemudian harta miliknya kemudian kepalanya.

c)      Romawi: 361 M
Pada tahun 361 M, Konstantinus II mati, digantikan oleh Julian, yang memerintah sebagai kaisar Romawi selama dua tahun. Meskipun dibesarkan dalam iman Kristen, Kaisar Julian menyangkal kekristenan dan menyatakan bahwa ia seorang kafir, ia akan menghidupkan kembali agama Romawi. Ia tidak membuat keputusan publik menentang kekristenan, tetapi memulihkan penyembahan berhala dan memanggil kembali semua orang kafir yang diasingkan. Meskipun ia mengizinkan kebebasan praktik agama kepada siapa pun, ia melarang orang-orang Kristen memegangjabatan pemerintah atau militer dan mencabut kembali hak-hak yang diberikan Konstantinus kepada imam. Uskup Arezzo di Italia, Donatus, pertapa, Hilarinus, dan hakim Romawi, Gordian disiksa dan dieksekusi.

d)      Ancyra atau Ankara, Turki: 362 M
Di kota bagian timur Ancyra, Uskup Basil dimasukkan ke dalam penjara karena menentang kekafiran dengan gigih. Ketika ia berada di penjara, Kaisar Julian datang ke Ancyra lalu menyuruh Basil diperhadapkan kepadanya, memutuskan bahwa ia akan memeriksa Basil sendiri. Selama pemeriksaan, Julian melakukan segala sesuatu yang bisa ia lakukan untuk meyakinkan uskup itu untuk menghentikan kegiatan menentang orang-orang kafir, tetapi Basil tidak menjadi lunak kemudian menubuatkan kematian Kaisar dan berkata bahwa ia akan disiksa dalam kekekalan. Julian menjadi marah ketika mendengar hal ini dan memerintahkan agar daging Basil dicabik setiap hari di tujuh temp at berbeda sampai kulit dan dagingnya tidak memiliki tempat yang tidak robek. Namun sebelum hal itu terjadi, Basil sudah meninggal karena luka-lukanya yang sangat parah. Hal itu terjadi pada 28 Juni 362.

e)      Palestina: 363 M
Tidak ada catatan yang tertinggal tentang orang-orang yang menjadi martir di Palestina. Kita hanya tahu secara umum bagaimana cara mereka menyerahkan hidup mereka kepada Kristus. Banyak orang yang dibakar hidup-hidup, beberapa orang diseret di jalan-jalan dalam keadaan telanjang sampai mereka mati karena kehilangan darah atau sakit yang hebat, yang lain direbus sampai mati atau dilempari batu dan banyak orang yang dipukuli kepalanya sampai otaknya keluar.

f)       Alexandria: Sekitar 363 M
Di Alexandria orang-orang Kristen yang menjadi martir begitu banyak jumlahnya sehingga sulit dihitung. Mereka dibunuh dengan pedang, dibakar, disalibkan, dan dilempari batu. Beberapa orang perutnya dibe1ah terbuka dan dimasuki butir-butir gandum. Babi-babi kemudian dilepaskan ke arah mereka supaya makan butir-butir gandum itu dan usus mereka. Berapa lama martir itu hidup selama penyiksaan tentu saja tergantung pada rasa lapar babi-babi itu.

g)      Thrace: Sekitar 363 M
Seorang Kristen bernama Emilianus dibakar di tiang dan seorang yang bernama Domitius, disembelih dengan pedang di gua tempat ia berusaha bersembunyi dari para penganiaya.
Kaisar Julian mati pada tahun 363 M karena luka-luka dalam peperangan di Persia, dan digantikan oleh Jovian, yang melaku¬kan perdamaian dengan Persia dengan memberikan semua wilayah Romawi di seberang Sungai Tigris. Jovian hanya memerintah selama satu tahun dan memulihkan kedamaian sementara kepada gereja. Pada tahun 364 M Valentian I menjadi kaisar Romawi di Barat dan memerintah bersama saudaranya Valens di Timur. Valens adalah penganut Arian dan sekali lagi gereja yang sejati mengalami penganiayaan. Valenti an I memerintah di Barat dari 364 sampai 375 dan Valens memerintah di Timur dari 364 sampai 378. Ia terbunuh pada tahun 378 M dalam peperangan me1awan Visigoth (Goth Timur) dekat kota Adrianople.
Dicatat bahwa banyak orang Goth adalah orang Kristen; kekristenan te1ah tersebar di antara mereka me1alui seorang Goth yang bertobat, seorang sarjana saleh bernama Ulfilas. Se1ama lebih dari 40 tahun ia bekerja, pertama-tama membuat abjad Gothik sehingga ia bisa menerjemahkan Alkitab kemudian mengajar umatnya iman kepada Kristus.

h)      Alexandria: 386 M
Kaisar memberi otoritas kepada George, Uskup Alexandria yang menganut Arianisme untuk menganiaya orang Kristen sejati di kota itu. Uskup mulai melakukannya dengan kekejaman yang luar biasa. Beberapa pemimpin pemerintahan, jenderal pasukan Mesir dan pejabat Romawi tingkat tinggi ikut membantunya. Selama penganiayaan, imam ortodoks diusir dari Alexandria dan gereja-gereja mereka ditutup. Kedahsyatan hukuman yang dikenakan pada orang-orang Kristen sarna besarnya seperti hal yang dilakukan oleh orang-orang kafir, jika orang Kristen melarikan diri dari penganiayaan, se1uruh keluarganya dieksekusi dan harta bendanya dirampas.

i)        Spanyol: 586 M
Hermenigildus adalah anak laki -laki tertua Leovigildus, Raja Goth. Awalnya ia seorang Arian, tetapi kemudian bertobat pada iman ortodoks karena istrinya yang saleh, Ingonda. Ketika ayahnya mendengar ten tang pertobatannya, ia memindahkannya sebagai gubernur Seville di barat daya Spanyol dan mengancam untuk mengeksekusinya kecuali ia menyangkal imannya kepada Kristus.
Untuk mencegah eksekusinya, Hermenigildus mengumpulkan tentara orang-orang percaya ortodoks di seke1ilingnya, yang akan berperang baginya. Oleh karena pemberontakan Hermenigildus, raja memulai penganiayaan terhadap orang percaya yang sejati dan memimpin tentara yang kuat ke Seville. Hermenigildus pertama bersernbu¬nyi di Seville sendiri kemudian ketika peperangan bertambah hebat, ia me1arikan diri ke Asieta [kota yang tidak dikenal], tempat ia ditangkap sete1ah dikepung untuk sesaat.
Dikurung dalam kurungan dan dirantai, Hermenigildus dibawa kembali ke Seville yang pada perayaan Paskah ia menolak untuk menerima hosti komuni dari Uskup Arian dan dengan perintah dari ayahnya ia segera dicincang oleh penjaganya. Hal ini terjadi pada 13 April 586.

j)        Lombardy (Italia): 683 M
Uskup kota Bergamo di wilayah Lombardy, yang bernama John, menggabungkan pasu¬kannya dengan pasukan Uskup Milan untuk menghapuskan kesalahan Arianisme dari gereja. Mereka bersama-sama semakin sukses dalam me1awan bidat sampai john dibunuh pada 11 Juli 683.

k)      Jerman: 689 M
Kiffien, seorang Uskup Romawi yang saleh, yang berkhotbah kepada orang-orang kafir di Franconia, Jerman. Di Wurzburg ia mempertobatkan gubernur, Gozbert, yang kesaksiannya begitu saleh sehingga dalam selang waktu dua tahun hal itu mengilhami sebagian besar penduduk kota itu untuk bertobat. Pada 689 M, Kiffien meyakinkan gubernur bahwa pernikahannya dengan janda saudaranya adalah berdosa. Oleh karena itu janda itu menyuruh ia dipenggal kepalanya.

l)        Spanyol: 850 M
Lahir di Corduba, Spanyol, dan dibesarkan dalam iman Kristen, Perfectus menjadi orang yang sangat cerdas dan membaca semua buku yang bisa ia baca. Ia juga terkenal karena kesalehannya yang luar biasa. Ketika ia masih muda, ia ditetapkan sebagai imam dan me1akukan tugasnya dengan gaya yang sangat mengagumkan. Pada tahun 850 M, ia dengan terbuka menyatakan bahwa seorang nabi daerah Asia Barat Daya adalah penipu ulung. Oleh karena itu ia segera dipenggal kepalanya sebab sebagian besar Spanyol te1ah dikuasai pengikutnya sejak 711 M, setelah mereka mengalahkan orang Visigoth.

m)    Persia: 997 M
Uskup Prague, Adalbert makin terbeban untuk mempertobatkan orang kafir, jadi ia pergi ke Persia kemudian mempertobatkan dan membaptis banyak orang. Hal ini membuat imam-imam kafir sangat marah sehingga mereka menyerangnya dan membunuhnya dengan anak panah yang panjang.

n)      Polandia: 1079
Bolislaus, yang adalah raja Polandia kedua, seorang yang ramah, tetapi memiliki hati yang kejam. Ia segera dikenal atas tindakannya yang sadis. Stanislus, Uskup Cracow di Sungai Vistula, dengan berani menceritakan kesalahan raja dalam percakapan pribadinya dengan sang raja dengan harapan bahwa ia dapat menghentikan kekejamannya terhadap rakyatnya. Meskipun dengan sukarela mengakui besarnya kejahatannya, Bolislaus menjadi marah karena Uskup itu berulang-ulang mencari kesempatan untuk menegurnya. Bolislaus tidak memiliki niat untuk berubah, ia justru berusaha mencari kesempatan untuk menyingkirkan Uskup yang setia kepada tugas-tugas Kristennya.
Suatu hari Bolislaus mendengar bahwa Uskup itu berada sendirian di gereja yang terdekat dan mengirim prajurit untuk membunuhnya. Mereka menemukan Uskup ini sendirian, tetapi mereka takiub melihat hadirat ilahi pada dirinya dan takut untuk membunuhnya. Ketika mereka melaporkannya kepada raja, ia sangat marah dan merenggut sebilah pisau dari satu prajuritnya, bergegas ke kapel; dan di sana menusuk Stanislus beberapa kali ketika orang yang baik itu berlutut di mezbah. Stanislus mati seketika.

Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen terjadi secara tak teratur selama hampir seribu tahun, tetapi kemudian Iblis sekali lagi mengikatkan dirinya di Romawi dan mengirim para pekerjanya keluar dalam us aha sistematis lainnya untuk menghancurkan gereja. Hanya kali ini penganiayaan tidak datang dari orang-orang kafir, melainkan dari orang-orang yang menyebut diri mereka sendiri sebagai orang Kristen dan yang tindakannya yang penuh kemarahan dan sadis terhadap orang-orang yang berpaut pada iman kepada Kristus, jauh lebih hebat daripada imajinasi orang-orang kafir yang paling liar.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Praditya. Powered by Blogger.

Translate

Search