Penganiayaan Ketujuh, di Bawah Kaisar Decius (249-251 M)

Penganiayaan ini dimulai oleh Decius karena kebenciannya kepada pendahulunya Philip, yang dipercaya adalah seorang Kristen, dan oleh kemarahannya karena kekristenan berkembang dengan sangat cepat dan dewa-dewa kafir mulai ditinggalkan. Oleh karena itu ia memutuskan untuk menyingkirkan agama Kristen beserta semua pengikutnya. Penduduk Roma yang kafir sangat antusias untuk mendukung keputusan Decius dan memandang bahwa pembunuhan orang-orang Kristen akan bermanfaat bagi kekaisaran. Se1ama penganiayaan ini,jumlah para martir begitu banyak sehingga tidak bisa dicatat oleh seorang pun juga. Di bawah ini ada beberapa nama mereka.

St. Chrysostomus, bapa gereja Kenstantinope1 pada tahun 398, menulis bahwa Julian, seorang Sisilia, ditangkap karena menjadi orang Kristen, dimasukkan ke dalam tas kulit dengan beberapa ekor ular dan kalajengking kemudian dilemparkan ke dalam laut. 

Seorang laki-laki muda, Peter, yang terkenal karena memiliki kualitas mental dan tubuh yang kuat, menolak untuk mempersembahkan kurban bagi Dewi Venus ketika ia disuruh melakukannya. Dalam pembelaannya, ia berkata, “Saya heran bahwa kamu mempersembahkan kurban kepada perempuan yang terkenal jahat, yang penyelewengannya dicatat dalam tulisan-tulisanmu sendiri dan yang kehidupannya dipenuhi dengan tindakan yang menyimpang, yang seharusnya dihukum oleh undang-undangmu. Tidak, saya akan mempersembahkan kurban puji-pujian dan doa yang berkenan kepada Allah.” Ketika gubernur Asia, Optimus, mendengar hal ini, ia rnemerintahkan agar Peter ditarik di atas roda sampai semua tulangnya patah kemudian dipancung. 

Seorang Kristen yang lemah, Nichomachus, dibawa ke hadapan Optimus dan disuruh memberikan kurban kepada berhala kafir. Nichomachus menjawab, “Saya tidak bisa memberikan penghormatan yang seharusnya hanya saya berikan kepada Yang Mahatinggi, kepada roh-roh jahat.” Ia segera diletakkan di tempat penyiksaan dan setelah menderita siksaan sesaat, ia menyangkal imannya kepada Kristus. Segera setelah ia dilepaskan dari tempat penyiksaan, ia dikuasai kesakitan yang hebat, jatuh ke tanah, dan mati.

Ketika melihat hal yang tampaknya merupakan penghukuman yang mengerikan, Denisa, seorang gadis berusia 16 tahun yang berada di antara para penonton berseru, “Oh, orang berdoa yang malang, mengapa kamu membeli kelegaan yang hanya sesaat dengan membayar kekekalan yang menyedihkan!” Ketika Optimus mendengar ini, ia memanggilnya datang kepadanya. Dan ketika Denisa mengaku bahwa ia seorang Kristen, Optimus memerintahkan ia dipancung. 

Andrew dan Paul, dua orang Kristen yang menjadi ternan Nichomachus, berpegang erat pada Kristus dan dirajam dengan batu sampai mati ketika mereka berseru kepada Penebus mereka yang diberkati.

Di Alexandria, Alexander dan Epimachus ditangkap karena mereka adalah orang Kristen. Ketika mereka mengaku bahwa mereka benar orang Kristen, mereka dipukuli dengan tongkat yang tebal, dicabik dengan pengait kemudian dibakar sampai mati. Pad a hari yang sama, empat martir perempuan dipancung kepalanya; nama mereka tidak dikenal. 

Di Nice, Trypho, dan Respisius, laki-laki yang terkenal, orang Kristen, ditangkap, dan disiksa. Kaki mereka dipaku, mereka dicambuki dan diseret sepanjangjalan, dicabik dengan pengait dari besi, dibakar dengan obor kemudian dipancung.

Quintain, gubernur Sicily, bernafsu terhadap seorang perempuan dari Silisia, Agatha, yang terkenal karena kesalehannya maupun kecantikannya yang luar biasa. Ketika ia menolak semua rayuan Quintain, sang gubernur menyerahkan ia ke tangan perempuan yang jahat, Aphrodica, yang menjalankan temp at pelacuran. Namun, perempuan yang jahat ini tidak bisa menjadikan Agatha seorang pelacur supaya Quintain bisa memuaskan nafsunya dengannya. Ketika mendengar ini, nafsuQuintain berubah menjadi kemarahan dan ia memanggil Agatha ke hadapannya lalu menanyainya. Ketika ia mengaku bahwa ia adalah orang Kristen, Quintain memerintahkan agar ia dicambuki, dicabik dengan kaitan yang tajam lalu dibaringkan telanjang di at as kayu arang yang menyala yang dicampur dengan pecahan kaca. Agatha menanggung siksaan ini dengan keberanian yang luar bias a dan dikembalikan lagi ke penjara tempat ia meninggal karena luka -lukanya pada tanggal 5 Februari 251.

Lucius, gubernur Kreta, memerintahkan Cyril, penilik gereja di Gortyna yang berusia 84 tahun, agar ditangkap karena menolak untuk menaati keputusan Kaisar untuk melakukan pengurbanan kepada berhala. Ketika Cyril muncul ke hadapannya, Lucius menasihatinya untuk melakukan pengurbanan dan dengan begitu menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian yang mengerikan. Orang yang saleh itu menjawab bahwa ia telah lama mengajar orang-orang lain jalan untuk mengalami hidup kekal dalam Kristus dan sekarang ia harus berdiri teguh demi jiwanya sendiri. Ia tidak menunjukkan rasa takut ketika Lucius memutuskan ia untuk dibakar di tiang dan menderita di tengah kuburan api dengan sukacita dan keberanian yang luar biasa.

Pada tahun 251 M, Kaisar Decius mendirikan kuil kafir di Efesus dan memerintahkan kepada semua orang di kota itu untuk memberikan kurban kepada berhala-berhala. Tujuh prajuritnya yang adalah orang Kristen menolak untuk me1akukannya dan dimasukkan ke dalam penjara. Mereka adalah: Konstantinus, Dionysius, Joannes, Malchus, Martianus, Maximianus, dan Seraion. Decius mencoba memalingkan mereka dari iman mereka dengan menunjukkan kemurahan hati lalu memberi kesempatan kepada mereka sampai ia kembali dari ekspedisi untuk mengubah pikiran mereka. Se1ama kepergiannya ketujuh orang itu melarikan diri dan menyembunyikan diri di gua di bukit-bukit yang dekat dari situ. Namun, ketika Decius pulang, tempat persembunyian mereka ditemukan dan ia memerintahkan agar gua itu dimeteraikan sehingga mereka mati karena kehausan dan kelaparan. 
Pada masa penganiayaan di bawah Decius itulah Origen yang berusia 64 tahun, filosof Kristen yang terkenal, yang ayahnya, Leonidus, menjadi martir selama penganiayaan kelima, ditangkap, dan dilemparkan ke dalam penjara yang buruk di Alexandria. Kakinya diikat dengan rantai dan dimasukkan ke dalam pasungan lalu kakinya direntangkan sejauh mungkin. Ia terus-menerus diancam dengan hukuman bakar dan disiksa dengan segala alat yang membuatnya tetap hidup dalam keadaan sekarat untuk beberapa saat sebelum mati.



Untungnya, pada waktu itu Decius mati dan penerusnya Gallus segera terlibat perang untuk memukul mundur penyerbuan Goth, pasukan Jerman dari utara. Hal ini untuk sementara menghentikan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen dan Origen mendapatkan kebebasannya lalu pergi ke Tirus, serta tinggal di sana sampai ia mati lima tahun sesudahnya pada tahun 254 M.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Praditya. Powered by Blogger.

Translate

Search