Penganiayaan Ketiga, di Bawah Kaisar Trajan (98-117 M)


Dalam penganiayaan yang ketiga, Pliny, yang dikenal sebagai “si kecil,” seorang konsul dan penulis Romawi, merasa kasihan terhadap orang-orang Kristen yang dianiaya lalu menulis surat kepada Trajan, agar meyakinkannya bahwa ada ribuan orang Kristen yang telah dibantai setiap hari yang tidak melakukan apa pun yang bertentangan dengan hukum Romawi. Dalam surat itu, ia berkata: Seluruh catatan yang mereka berikan ten tang kejahatan atau kesalahan mereka (yang mana pun sebutan yang dipilih) bisa diringkas menjadi satu: yaitu, bahwa mereka biasa berkumpul pada hari tertentu sebelum matahari terbit dan bersama-sama mengulang satu di antara bentuk doa tertentu kepada Kristus sebagai Allah serta untuk mengikatkan diri mereka sendiri pada satu kewajiban, bukan untuk melakukan kejahatan; sebaliknya, agar tidak pernah melakukan pencurian, perampokan, atau perzinaan, tidak pernah berdusta dalam kata-kara mereka, tidak pernah menipu orang lain: setelah itu ada kebia¬saan mereka untuk berpisah dan berkumpul kembali untuk ambil bagian dalam komuni makan makanan yang tidak berbahaya.

Selama penganiayaan ini, pada tahun 110 M, Ignatius (lihat gambar 8), yang adalah penilik gereja di Antiokhia, ibukota Syria, tempat murid-murid pertama disebut orang Kristen (Kisah Para Rasul ll:26) dikirim ke Roma karena ia mengaku memereayai dan mengajarkan Kristus. Dikatakan bahwa ketika ia berjalan melewati Asia, sekalipun dijaga oleh para prajurit, ia menyampaikan firman Allah di setiap kota yang mereka lalui, dan mendorong serta meneguhkan gereja-gereja. Ketika berada di Smirna, ia menulis kepada gereja di Roma dan mengimbau kepada mereka untuk tidak berusaha melepaskannya dari kemartiran karena mereka akan menghilangkan hal yang sangat ia rindukan dan harapkan. Ia menulis: Sekarang saya mulai menjadi murid. Saya tidak memedulikan hal-hal yang kelihatan atau tak kelihatan supaya saya bisa memenangkan Kristus. Biarlah api dan salib, biarlah kumpulan binatang buas, biarlah retaknya tulang, dan tercabiknya kaki tangan, biarlah kertakan seluruh tubuh, dan semua kebencian si Jahat, turun ke atas saya; hanya jika itu terjadi, saya bisa memenangkan Kristus Yesus. 
Bahkan ketika ia dijatuhi hukuman dengan dijadikan mangsa singa, bahkan bisa mendengar auman mereka, ia begitu dipenuhi dengan keinginan untuk menderita bagi Kristus (lihat Kisah Para Rasul 5:41) sehingga ia berkata, ‘‘Aku adalah gandum Kristus: aku akan diremukkan oleh gigi-gigi binatang-binatang buas supaya aku didapati sebagai roti yang murni.” 

Trajan digantikan oleh Adrian, yang melan¬jutkan penganiayaan ketiga dengan kekejaman yang lebih besar daripada pendahulunya. Sekitar 10 ribu orang Kristen menjadi martir selama pemerintahannya. Banyak di an¬tara mereka yang dimahkotai duri, disalibkan, dan lambungnya ditusuk tombak dalam peniruan kematian Kristus yang kejam. 

Eustachius, komandan Romawi yang sukses dan pernberani, diperintahkan untuk bergabung dengan upacara penyembahan berhala untuk merayakan kemenangannya, tetapi imannya yang dalam kepada Kristus jauh lebih besar daripada kesia-siaan tindakan itu sehingga ia menolak. Karena marah, Adrian melupakan pengabdian Eustachius yang mulia kepada Romawi dan memerintahkannya serta seluruh ke1uarganya dibunuh sebagai martir. 
Dua bersaudara, Fausines dan Jovita, menanggung siksaan dengan kesabaran yang luar biasa sehingga seorang kafir bernama Calocerius begitu terpukau dan kagum sehingga ia berseru dengan kegembiraan yang luar biasa, “Agunglah Allah orang-orang Kristen!” Oleh karena tindakannya itu, ia segera ditangkap dan disiksa dengan siksaan yang sarna. 

Penganiayaan yang tanpa belas kasihan terhadap orang-orang Kristen terus berlanjut sampai Quadratus, yang adalah penilik Atena, me1akukan pembelaan ilmiah demi tnereka di depan Kaisar, yang berada di Atena untuk me1akukan kunjungan. Pada saat yang sarna, Aristides, seorang filosof di kota itu, menulis surat kiriman yang e1egan kepada Kaisar, juga demi membe1a orangorang Kristen. Hal itu secara bersama-sama membuat Adrian menjadi lebih lunak dan mengendurkan penganiayaannya.  

Adrian meninggal pada 138 M, dan digantikan oleh Antoninus Pius. Kaisar Pius adalah seorang di antara penguasa yang paling ramah yang pernah memerintah dan menghentikan semua penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. 

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Praditya. Powered by Blogger.

Translate

Search